Apa itu Parenting?

Parenting realitanya memiliki makna yang luas sehingga tidak hanya sebatas program pengasuhan orang tua terhadap anaknya saja.

Mengenal Gangguan Psikotik Skizofrenia

Bagaimana sebetulnya deskripsi mengenai gangguan psikotik skizofrenia dimulai dari definisi hingga proses terapinya.

Makna Filosofis logo Mozaik Psikologi

Logo Mozaik Psikologi dengan berbagai makna filosofis di dalamnya yang menjadi daya tarik dengan keotentikannya.

Tips Sukses Menyapih dengan Metode WWL ( Weaning With Love)

Sebuah Metode menyapih anak dengan cinta yang efektif untuk tetap menjaga attachment ibu dan anak .

Efektifitas Menggunakan KB Alami untuk Pasutri

Salah satu jenis KB yang bisa menjadi alternatif untuk pasutri tetap menjaga keharmonisan dibarengi kenyamanan fisik dan psikis.

Kamis, 31 Januari 2019

Mengatasi Inner Child : Kejadian positif/negatif pada masa kanak-kanak yang terbawa sampai dewasa

Sumber Gambar : miraclesworldwide.com
Sebetulnya kata ini sangatlah tidak asing namun masih banyak dari kita yang tidak menyadari keberadaannya karena memang inner child ini outputnya berada dalam alam bawah sadar manusia sehingga tidak banyak orang yang menyadarinya.

Lalu apa itu inner child?

Menurut Vanessa Guerrero inner child adalah bagian dalam diri kita yang terluka ketika masa kanak-kanak yang untuk sebagian orang luka yang timbul sangatlah dalam dan menghancurkan bahkan bisa lebih buruk, meskipun terdapat bagian menyenangkan saat masa kanak-kanak tetap saja beberapa luka mungkin terjadi sepanjang jalan dan jika luka tersebut belum sembuh maka akan berdampak pada masa dewasa.

Sesuai pendapat di atas dapat kita tarik benang merah bahwa intinya inner child itu adalah figur/sosok anak kecil yang ada pada diri kita dewasa ini. Bentuk sosoknya seperti apa? ada yang positif dan negatif. Positif misalnya adanya perasaan senang/ bahagia, semangat, merasa lepas/bebas, tenang, nyaman dll sedangkan sosok negatif misalnya perasaan marah, benci, jijik, kesal, takut, tak percaya diri, cemas dll. Dominasi inner child dalam diri kita tergantung latar belakang masa lalu yang terjadi ketika masa kanak-kanak, lebih banyak kesan positif ataukah negatif? 

Jika semasa kanak-kanak lebih didominasi oleh perasaan positif maka semasa dewasa tidak akan bermasalah tapi justru terus merasakan aliran cinta, perasaan bahagia dan semangat selama menjalani hari. Namun sebaliknya jika semasa kanak-kanak didominasi oleh perasan negatif semisal kemarahan, ketakutan, kebencian, kecemasan maka semasa dewasa emosi tersebut akan terulang kembali jika sebelumnya tertahankan atau tidak terselesaikan.

Disini penulis tidak akan membahas mengenai sosok positif nya karena sangatlah jelas itu tidak akan menimbulkan masalah dimasa mendatang, namun yang akan dibahas adalah sosok negatif yang menjelma menjadi perasaan negatif pula ketika dewasa.

Langsung saja ke contoh konkrit ya terkait kebanyakan pengalaman masa kanak-kanak yang belum terselesaikan yang imbasnya pada masa dewasa.

Misalnya semasa kanak-kanak ia sering dimarahi oleh ibu karena gak mau makan, dibentak karena gak mau belajar, dipukul karena terlalu lama bermain, dicubit karena main kotor-kotoran, dikurung di kamar karena gak mau tidur, dikurung di wc karena numpahin minuman/makanan, dipukul karena memecahkan barang.

Anak dimarahin dan dikasarin ayah karena gak mau nurut, dipukul ayah karena mengompol dibadannya, anak tidak diberikan ruang untuk berpendapat dan contoh contoh kekerasan lainnya baik itu verbal dan nonverbal yang dilakukan orang tua kepada anaknya yang akhirnya anak hanya bisa diam menahan dendam amarah yang tak tertuntaskan sehingga efeknya ketika dewasa bertemu dengan situasi yang sama ia melakukan hal serupa seperti ibu dan ayahnya, pemarah kepada anaknya seperti ibu dan ayahnya.


Sumber Gambar : porosjambi.com
Seorang anak yang selalu dibandingkan dengan kakak/adiknya pada masa dewasa tumbuh menjadi kurang percaya diri dan seringkali terjadi sibling rivalry/ kecemburuan pada saudara kandung. Sang kakak selalu disalahkan dan dihukum ketika berantem dengan adiknya. Orangtua membandingkan dengan anak lainpun sama efeknya yaitu anak menjadi minder.

Seorang anak yang kesepian merasa sendiri dan kurang perhatian dari ayah ibunya akan tumbuh dewasa menjadi anak yang pendian ataupun emosinya meledak-ledak karena tidak mempunyai teman untuk diajak bermain dan berbicara ketika masa kanak-kanaknya. 

Masih dalam lingkup keluarga, misalnya anak yang dengan jelas tahu bahwa ibu/ayahnya berselingkuh maka di masa mendatang ia akan sulit untuk menjalin hubungan ke jenjang pernikahan karena trauma pasangannya akan selingkuh seperti ayah/ibu nya.

Contoh lainnya disekolah ia seringkali di bully oleh teman-temannya karena misalnya kurang pintar, jorok, badannya kurus/gendut atau latar belakang keluarga tidak mampu, BAB/BAK di kelas dll yang efeknya ketika sudah dewasa jika kata-kata dan perilaku bullying tersebut belum termaafkan maka ia akan melakukan pada temannya di masa mendatang meskipun dengan cara yang berbeda, dan saat menjadi orang tua ia tidak akan menyalahkan anaknya ketika membully anak lain karena ia merasa dulu pun ia di bully oleh teman-temannya.


Sumber Gambar : liputan6.com
Kemudian contoh lainnya kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan oleh guru kepada muridnya misalnya ketika anak tidak memperhatikan gurunya ia dilempar oleh penghapus, kepalanya dipukul, ketika murid mendapat nilai jelek ia dibully didepan umum dan contoh lainnya yang akan berulang ketika murid tersebut menjadi seorang guru.

Kekerasan fisik dan psikis lainnya yang dilakukan oleh teman sebaya, keluarga besar, tetangga, saudara dll yang jika terpendam maka akan muncul dikemudian hari jika belum terselesaikan.

Contoh-contoh tersebut merupakan contoh umum yang bermasalah dengan inner childnya yang menjadi mata rantai syaithon yang tentunya harus diselesaikan dengan segera sebelum berefek pada hal-hal yang lebih berbahaya. 

Mental block yang tak kunjung selesai karena masih terseret-seret oleh pikiran buruk tentang kejadian masa lalu tak bisa didiamkan seakan-akan hal tersebut wajar terjadi.

Lalu bagaimana cara mengatasinya?

Thich Nhat Hanh ( 2010) dalam bukunya Reconciliation Healing The Inner Child menjelaskan cara menyembuhkan/mengatasi masalah inner child, diantaranya adalah :

1. Meditasi : Kembali ke usia lima tahun

Hal pertama yang bisa dilakukan untuk berdamai dengan inner child kita adalah dengan bermeditasi. Meditasi ini dapat dilakukan sambil duduk atau berjalan di tempat yang tenang dan nyaman untuk bersantai serta menyendiri kurang lebih lima menit. Ambil nafas dalam-dalam dan keluarkan dambil mengucapkan hal ini pada diri sendiri pada saat mengambil nafas " saya melihat diri saya sebagai anak berusia lima tahun" keluarkan nafas dan berkata " saya tersenyum dengan kasih sayang kepada anak berusia lima tahun itu". Jika ingin disingkat cukup katakan " Saya berumur lima tahun dan tersenyum dengan penuh kasih sayang".

Anak berusia lima tahun membutuhkan banyak hal berupa kasih sayang dan perhatian, meditasi ini akan efektif jika dilakukan setiap hari beberapa menit saja untuk duduk dan berlatih meditasi ini. Meditasi ini akan sangat menyembuhkan dan menghibur karena anak berusia lima tahun yang ada dalam diri kita masih hidup dan perlu dirawat dengan cara diberikan pengakuan dan diajak komunikasi sampai inner child ini membaik sehingga kita pun akan lebih baik dan merasakan kebebasan yang hakiki. 

Jika sudah terbiasa dengan kata-kata di atas bisa ditambahkan dengan " saya berusia lima tahun melihat ibu dan ayah saya tersenyum lebar penuh kasih sayang kepadaku".

2. Dengarkanlah inner child mu

Inner child yang terluka sampai kronis tentunya seringkali merasa mendengarkan inner child berbicara yang seakan-akan menghantui ketika permasalahan terjadi. Maka dengarkanlah anak yang terluka dalam diri kita yang ada pada saat ini dan kita bisa menyembukannya sekarang juga dengan berkata " sayangku yang kecil, anak yang terluka, aku ada disini untukmu dan siap mendengarkanmu, beritahukanlah semua penderitaanmu, semua rasa sakitmu, saya disini akan benar-benar mendengarkan". Rangkullah anak itu dan jika diperlukan kita menangis bersamanya, lakukanlah setiap hari dan jika berlatih dengan konsisten maka kesembuhan pun didepan mata, hubungan dengan diri sendiri dan orang lain akan jauh lebih baik dan kedamaian hati pun akan terasa.

3. Berbicaralah dengan inner child mu


Ketika ingin menyembuhkan sesuatu tentunya yang berperan bukan hanya pikiran saja bukan? harus ada praktik langsung yang intens dan dilakukan latihan secara terus menerus dengan tujuan penyembuhan dapat diraih dengan optimal.


Seperti halnya berbicara dengan inner child ini, bagaimana caranya? tentunya harus dilakukan terapi oleh ahlinya dengan cara mengundang inner child untuk keluar dan berkenalan dengan hidup kita di masa ini dengan terus latihan komunikasi secara mendalam dengan mengatakan hal-hal yang positif kepada inner child kita. Melepaskan beban masa lalu yang belum tuntas dan ketakutan-ketakutan yang menghantui setelah dewasa ini.


Berbicaralah kepada inner child kita misalnya seperti ini " adik lelaki/ adk perempuan terkasih, kekasihku, saya tahu kamu menderita, kamu adalah anak batiniah saya, aku adalah kamu dan kita sekarang sudah dewasa, jadi jangan takut lagi ya, kita sudah aman, ikut aku dan jadlah saat ini saja jangan biarkan masa lalu memenjarakan kita, ambil tanganku dan mari berjalan bersama, mari kita nikmati hidup selangkah demi selangkah".


Kita harus benar-benar berbicara dengan inner child itu dengan suara yang lantang, tidak hanya memikirkannya tetapi melakukannya. Cara seperti ini bisa dilakukan setiap harinya dan kesembuhan bisa terjadi.


4. Lakukanlah percakapan dengan inner child mu

Supaya penyembuhan optimal tentunya kita bukan hanya berbicara pada inner child, namun kita juga melakukan percakapan, bagaimana caranya?

Kita harus membiarkan anak berbicara dan mengekspresikan dirinya sendiri, caranya? coba letakkan dua bantal saling berhadapan, berbaringlah pada satu bantal dan lihat bantal yang lainnya dengan cara visualisasikan bahwa ada anak usia lima tahun di depan kita, lalu kita berkata " anakku yang tersayang, aku tahu kamu ada disana, kamu terluka, saya tahu itu, kamu sudah melalui banyak penderitaan, saya tahu itu benar karena saya adalah kamu, tapi sekarang saya berbicara kepada kamu sebagai orang dewasa kamu sendiri dan saya ingin memberi tahu bahwa hidup ini indah, janganlah kita terlalu mengingat masa lalu dan mengalami penderitaan lagi, jika kamu ingin ada yang dikatakan padaku maka katakanlah".

Lalu kita berbaring disebelahnya seolah-olah kita adalah anak berusia 3/5 tahun dan berbicara menggunakan bahasa anak, kita bisa mengeluh karena merasa rapuh dan tidak berdaya, merasa tidak bisa melakukan apapun dan kita takut, kita menginginkan kehadiran orang dewasa, kita memainkan perannya dengan mengekspresikan apa yang dirasakan anak batin kita, jika ada emosi yang muncul saat berbicara seperti rasa takut bahkan menangis itu justru bagus untuk melampiaskan segala keluh kesah kita.


Kemudian kita kembali ke bantal sebelumnya dan berkata " baiklah saya telah mendengarkan keluh kesahmu, anak batiniahku dan saya memahami sepenuhnya penderitaanmu, tapi kamu tahu bahwa kita telah tumbuh dan menjadi dewasa, kita sekarang mampu membela diri, kita bahkan bisa memanggil polisi, kita dapat mencegah orang-orang yang melakukan hal tidak baik pada kita, kita bisa melakukan semuanya sendiri, kita sekarang tidak membutuhkan orang dewasa seperti dahulu, kita sudah lengkap dengan diri kita sendiri". Lakukanlah hal ini setiap hari selama lima sampai sepuluh menit supaya penyembuha lebih optimal.

5. Tulislah surat untuk inner child mu


Kita bisa menulis surat kepada inner child kita sebanyak satu sampai tiga halaman untuk mengatakan bahwa kita mengenali kehadirannya dan akan melakukan apa saja untuk menyembuhkan luka-lukanya, tujuannya adalah untuk mengekpresikan diri bahwa kita akan melakuakan perubahan untuk kesembuhan. 


6. Berbagi kesenanganlah dengan inner child mu


Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak inner child untuk datang keluar bersama dan bermain saat ini dengan tujuan untuk memastikan bahwa inner child sudah aman dan bisa menikmati hidup. Saat mendaki gunung yang indah, undanglah inner child untuk memanjat bersama kita, saat melihat sunset dan sunrise ajaklah ia menikmati keindahannya, jika kita melakukan dengan konsisten setiap mendapat kesenangan maka luka inner child lama kelamaan akan sembuh dengan sendirinya. 


7. Duduklah dengan teman yang sudah sembuh dengan inner childnya


Jika kita melakukan terapi dan belum sembuh maka kita membutuhkan dukungan dari teman yang mengalami hal yang sama dan sudah bisa sembuh dengan terus berlatih, ketika satu atau dua orang teman memegang tangan kita dan memberikan dukungan maka kita bisa menggabungkan energi untuk menyembuhkan luka inner child kita, tanpa dukungan tentunya proses terapi akan lebih sulit dibandingan dengan adanya dukungan baik itu dari teman ataupun keluarga.



Sumber Gambar : anakpintarkita.blogspot.com
Perlu digarisbawahi bahwa dari ketujuh cara menyembuhkan inner child tersebut cara yang kita gunakan bisa fleksibel sesuai dengan diagnosa ataupun tingkat keparahannya, bisa saja kita sembuh hanya dengan melakukan meditasi dan bisa jadi pula kita sembuh dengan melakukan ketujuh cara di atas yang penting adalah konsistensinya.

Hikmah yang bisa diambil dari deskripsi di atas sebagai orang tua adalah jangan sampai kita melakukan dosa turun temurun sebagai orang tua, STOP di kita. Ketika masa kecil mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan maka sembuhkanlah dulu inner child mu supaya kita tidak mengulangi hal serupa kepada anak kita sendiri karena kita pun merasakan betapa tidak mengenakkannya pengalam buruk tersebut, jangan sampai kita melakukan pada anak dan anak kita melakukan pula pada anaknya dan terus menerus seperti itu. 



Sumber Gambar : ayahkita.blogspot.com
Inti dari healing inner child adalah maafkan dan lepaskan, maafkan kesalahan masa lalu kita, lepaskan jangan dilirik kembali dan kita sudah siap menjalani hari sebagai orang dewasa tanpa beban masa lalu, karena sesungguhnya orang dewasa yang benar-benar dewasa adalah tidak berlarut-larut dalam kenangan buruk di masa lalu.

Semoga bermanfaat ya.

Salam Bahagia.


DAFTAR PUSTAKA

Hanh, T. N. ( 2010). Reconciliation Healing The Inner Child. California : Parallax Press.

http://lifeislimitless.com/wp-content/uploads/2016/10/Inner-Child-PDF.pdf

Jika dirasa artikel ini bermanfaat, boleh di share pada tombol di bawah ini !!!

Kamis, 17 Januari 2019

Apa itu Stereotip dan bagaimana contoh konkritnya?

Apa itu Stereotip?
Untuk sebagian orang kata "stereotip" mungkin terdengar asing, namun nyatanya tanpa disadari stereotip ini banyak sekali dilakukan oleh kita dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apa sih sebetulnya stereotip itu?

Stereotip adalah sebuah keyakinan positif ataupun negatif yang dipegang terhadap suatu kelompok sosial tertentu. Setelah munculnya stereotip maka akan munculah prejudice/ prasangka yang merupakan sikap negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap anggota kelompok terebut, prasangka dapat berupa perasaan tidak suka, marah, jijik, tidak nyaman dan bahkan kebencian. Setelah munculnya steretip dan prasangka akhirnya dapat muncul diskriminasi yang merupakan perilaku negatif yang tidak dibenarkan pula untuk anggota kelompok tersebut ( Stangor, 2011).


Stangor ( 2011)  melanjutkan bahwa stereotip itu berada dalam ranah kognitif sedangkan prasangka dalam ranah afektif dan diskriminasi berada dalam ranah perilaku yang munculnya.

Namun ternyata pengaruh lebih lanjut karena stereotip bukan hanya pada perilaku kita saja, tetapi juga perilaku korban stereotip ketika kita berinteraksi dengan mereka yang bisa menjadi dugaan pemuas diri sehingga lebih merusak. Misalnya anggota kelompok tersbut mulai melakukan sesuatu sesuai dengan stereotip itu dan menampilkan karakteristik yang sesuai dengan stereotip tersebut. Kalau stereotip itu hal positif tentunya akan jadi baik, tapi apa jadinya jika stereotip yang ditanamkan adalah hal negatif ( Sears; Freedman & Peplau, 1985).

Penulis merasa tertarik menuliskan hal ini karena stereotip seringkali terjadi di belahan dunia termasuk di indonesia, jadi pada tulisan ini kita hanya fokus pada sterotip saja ya sedangkan prasangka dan diskriminasi bisa dibahas di lain kesempatan. Penulis akan memberikan contoh-contoh stereotip yang seringkali ada di sekitar kita.

Stereotip itu ada yang positif dan ada yang negatif ya, misalnya etnis minang/padang nih stereotip positifnya adalah pekerja keras dan pedagang namun setereotip negatifnya adalah keras kepala dan egois. Nah oleh karena adanya stereotip tersbut akhirnya ketika kita bertemu dengan orang padang munculah prasangka-prasangka sehingga perilaku kita pun menyesuaikan dengan stereotip tersebut padahal belum tentu orang minang/padang yang kita temui adalah orang yang kerasa kepala, egois, pekerja keras dll. Inilah bahayanya jika kita berperilaku sesuai dengan stereotip yang berlaku.

Contoh lainnya pada etnis di indonesia aja dulu ya, misalnya pada etnis papua yang terkenal dengan keprimitifan dan agresifitas yang tinggi namu faktanya tidak semua orang papua demikian, papua tetap ada wilayah kota nya tidak semua pedalamannya. Meskipun sebagian besar iya, sangatlah berbahaya jika kita menganggap semua orang papua primitif dan agresif karena stereotip yang ada.



Sumber : kaskus.co.id
Kemudian etnis selanjutnya misalnya batak nih, orang batak terkenal dengan volume suara yang keras dan nada suara yang tinggi sehingga terdapat stereotip bahwa karakternya pun demikian, keras dan kasar. Padahal faktanya meskipun sebagian besar demikian belum tentu orang batak yang kita jumpai demikian karakternya, sehingga tidak tepat jika kita ikut berperilaku sesuai dengan stereotip yang ada. 


Nah sekarang kebalikan dengan etnis batak yaitu etnis sunda, dari suaranya orang sunda terkenal dengan suara yang lembut dan mengalun sehingga terdapat stereotip positif bahwa karakternya nya lemah lembut dan sopan serta terdapat stereotip negatif nya kurang power atau kurang semangat ketika beraktifitas. Nah stereotip positif dan negatif terhadap orang sunda tersebut tidak bisa dijadikan patokan untuk kita berperilaku, karena sejatinya meskipun sebagian besar demikian tidak berarti jadi semuanya seakan demikian ya. 


Sekarang kita masuk ke contoh diluar indonesia ya, misalnya etnis china/tionghoa nih yang terkenal di indonesia. Etnis china ini stereotip negatifnya adalah orang yang kasar, pelit, keras dan tidak berperasaan. Sedangkan stereotip positifnya adalah pekerja keras dan hemat. Nah meskipun ada stereotip tersebut faktanya belum tentu semua etnis china itu kasar, pelit, keras, tidak berperasaan, pekerja keras, hemat dll. Karena adanya stereotip tersebut tidak tepat jika kita berprasangka dan berperilaku sesuai dengan stereotip tersebut. 

Selanjutnya orang arab nih, orang arab saat ini memiliki stereotip positif religius/rajin beribadah, berhijab, kaya raya dengan minyaknya dan stereotip negatifnya adalah adanya penindasan terhadap kaum perempuan, teroris, kekerasan dan orang arab tinggal di gurun. Padahal faktanya belum tentu semuanya tepat misalnya tidak semua orang arab rajin beribadah bahkan ada yang non muslim, tidak semua orang arab berhijab, tidak semua orang arab kaya karena minyaknya, tidak semua orang arab melakukan penindasan dan kekerasan khusunya terhadap perempuan, tidak benar orang arab itu teroris karena mayoritas penduduknya islam karena islam bukan berarti teroris dan tidak semua orang arab tinggal di gurun. Nah karena stereotip yang berkembang, kita akhirnya berperilaku sesuai dengan stereotip yang berlaku yang jelas menimbulkan kesalahpahaman yang fatal. 

Negara selanjutnya misalnya polandia, menurut Sears, Freadman, Peplau (1985) di polandia terdapat stereotip negatif bahwa orangnya canggung/ tidak supel saat berinteraksi. Oleh karena adanta stereotip tersbut akhirnya orang pun beranggapan demikian sehingga enggan untuk berinteraksi bahkan orang polandianya sendiri karena ada stereotip tersebut membuat mereka benar-benar berperilaku sesuai dengan setereotipnya, hal inilah yang dianggap berbahaya.

Contoh lainnya adalah negara India, yang mengejutkan di India ini sangat banyak sekali stereotip negatif nya dibandingkan positifnya. Stereotip positif di India adalah bahwa orang india berkulit putih dan memiliki kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Sedangkan stereotip negatifnya adalah india adalah negara miskin, india adalah negara pemikat ular, india adalah negara yang kotor, india adalah negara yang kurang berpendidikan, orang india menari dan bernyanyi pada setiap aktifitas hidupnya dan semua pernikahan diatur oleh orang tua. 

Faktanya tidak semuanya demikian, tidak semua orang india berkulit putih , tampan dan cantik seperti artis dan aktor bollywood, india adalah negara berkembang bukan negara miskin, di india ular yang menawan itu ilegal sudah berlaku beberapa tahun, tidak semua kota di india itu kotor, tidak semua orang india tidak berpendidikan jtru sekarang banyak pakar IT berasal dari India, tidak benar jika aktifitas orang india menyanyi dan menari seperti dalam film bollywood dan karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi sekarang ini tidak benar semua pernikahan di india diatur oleh orang tua. Karena stereotip yang ada kita jadi berperilaku dan berpandangan yang kurang tepat. 

Sumber : kaltim. tribunnews.com
Setelah stereotip tentang berbagai etnis dan negara saatnya contoh yang krusial namun seringkali dilupakan yaitu setereotip tentang gender dan perannya. Jenis kelamin itu ada dua yaitu laki-laki dan perempuan yang dilhat secara biologis. Sedangkan gender lebih ke peran laki laki ataupun perempuan dalam kehidupannya. Lalu bagaimana stereotip yang ada untuk gender ini?

Misalnya dalam aspek fisik, stereotipnya adalah  laki laki lebih kuat dibandingkan dengan perempuan dan perempuan lebih lemah dibandingkan laki laki, padahal faktanya meskipun sebagian besar seperti itu berarti tidak semuanya seperti itu dong, semuanya tergantung latar belakang masing masing, ada lelaki yang lebih lemah dari segi fisik dibandngkan perempuan, begitupun sebaliknya.

Selanjutnya aspek emosional, lelaki memiliki stereotip yang kasar, tidak berperasan, tidak peka dan menakutkan. Perempuan memiliki stereotip yang tenang, lembut, emosional dan terlau baper ( bawa perasaan). Padahal meskipun kebanyakan seperti itu belum tentu semuanya seperti, ada lelaki yang begitu lembut dan peka dan ada perempuan yang kasar dan tak berperasaan. Jad tidak tepat jika kita berperilaku sesuai stereotip tersebut.

Aspek selanjutnya adalah sosial, laki laki kurang berkomunikasi dan cenderung kurang supel dan perempuan lebih supel karena kecerewetannya. Ini tidak tepat ya tidak semuanya demikian adanya, tergantung latar belakang dan tidak bisa disamaratakan begitu saja. 

Itu saja mungkin penjelasan terkait dengan stereotip, mudah mudahan bisa dijadikan alat untuk lebih berhati hati ketka berperilaku sehingga tidak menimbulkan prasangka dan diskriminasi karena sterotip yang ada. 

Salam Bahagia..
Mozaik Psikologi..

Jika dirasa artikel ini bermanfaat, boleh di share yaa..


DAFTAR PUSTAKA



Sears, Freadman, Peplau. ( 1985). Psikologi Sosial. Jilid 2 edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

Stangor, C. ( 2011). Social Psychology Principles. Volume 1. Flat World Knowledge.



Minggu, 06 Januari 2019

Apakah hanya ibu yang bertanggungjawab dalam parenting? bagaimana peran ayah?

Sumber Gambar : dakwatuna.com
Ketika mendengar kata parenting, kenapa ya yang terlintas dibenak adalah seorang ibu yang mengasuh anaknya. Lalu kenapa ayah tidak terlintas dalam benak?

Hal ini tentunya menjadi sebuah pecutan bagi para ayah, mengapa bisa terjadi hal semacam itu padahal jelas dalam pengertiannya saja, parenting adalah program pengasuhan yang dilakukan oleh ORANG TUA, jika orang tua berarti bukan hanya ibu saja dong, ada ayah didalamnya.  Anak lahir karena ada ayahnya bukan?

Penulis pernah mendengar salah seorang pemateri yang memberikan materi tentang penanganan orang tua terhadap anak yang menderita cerebral palsy ( lumpuh otak) ia berkata ketika ada ibu yang konsultasi mengenai anaknya yang menderitan cerebral palsy tanpa datang dengan ayahnya, maka ia mengatakan dengan tegas bahwa ia tidak akan melakukan konsultasi jika ia tidak datang dengan ayah anak tersebut, karena ia berpikir rasanya sia sia saja jika ia hanya membimbing ibunya tanpa ayahnya tau pula secara mendetail apa yang harus dilakukannya kepada anaknya.

Hal yang perlu digarisbawahi pada cerita di atas adalah bahwa sebetulnya tidak bisa dalam mendidik anak hanya ibu saja yang berperan sedangkan ayahnya merasa cukup ketika sudah memenuhi kebutuhan materi anak. Harus ada kerjasama yang baik anatara ibu dan ayah dan kerjasama tersebut hanya akan terwujud jika ada komunikasi yang baik pula.

Ya, tentunya kita pun tidak boleh menutup mata bahwa waktu para ayah kebanyakan dihabiskan untuk  memeras keringatnya demi menafkahi keluarga. Namun yang dibutuhkan oleh seorang anak bukan kuantitas/ berapa lama ia bertemu, namun kualitas yang dihasilkan sekalipun waktu bertemu sangatlah singkat.

Namun bagaimana yang terjadi saat ini? sangat disayangkan sekali kebanyakan para ayah saat ini diperbudak oleh tekhnologi, sehingga dirinya yang dikalahkan oleh canggihnya teknologi bukan justru mengalahkan teknologi dengan cara memanfaatkan sebaik-baiknya dan menggunakannya hanya untuk hal positif saja. Teknologi yang mana nih? misalnya ayah baru saja datang kerja bukannya menyapa anak namun ia sibuk melihat notifikasi medsos sampai akhirnya lupa waktu, ketika libur tiba bukannya mengajak anak bermain diluar berjalan-jalan atau berolahraga, para ayah disubukkan dengan bermain play station tanpa henti karena ia beranggapan ingin beristirahat dari lelahnya bekerja selama weekday padahal tanpa sadar anakpun butuh waktu bermain dengan ayahnya ketika ayahnya libur.

Sumber : suara.com
Jika kebutuhan bermain anakpun tidak terpenuhi, bagaimana kebutuhan lainnya semisal pendidikan dasar anak dan akhlak yang baik yang tentunya ayahpun harus memberi tauladan yang baik.

Itu hanya sedikit contoh terkait pemikiran dangkal seorang ayah yang merasa sudah cukup ketika sudah mencukupi kebutuhan materi anak, padahal kebutuhan imateri pun sangatlah diperlukan untuk tumbuh kembang anak.

Semua tergantung prioritas, apakah keluarga menjadi prioritas? jika menjadi prioritas tentunya akan selalu diutamakan apalagi menyangkut sense of responsibility seorang ayah terhadap anaknya.

Ketika ada seminar/pelatihan parenting yang datang kebanyakan adalah para ibu, meskipun acara seminar/parenting dilakukan di hari weekend. Ya memang benar adanya jika ibu adalah madrasah pertama untuk anaknya, namun apa sebetulnya peran ayah? ayah bagaikan kepala sekolah yang memiliki tanggung jawab lebih tinggi dibandingkan ibu sebagai madrasahnya. Apakah kepala sekolah harus ada setiap saat? tidaaak ya. Namun kepala sekolah harus selalu mengontrol dan menjadi penanggungjawab ketika sesuatu hal terjadi.

Umpamanya disekolah nih, waktu murid yang dihabiskan lebih lama dengan guru dan kepala sekolah karena sibuk hanya mengontrol beberapa saat saja. Lalu ketika ada permasalahan ujung-ujungnya yang bertanggungjawab bukan guru kan? namun kepala sekolah yang dianggap menjadi penanggung jawab utama. Sama halnya dengan mendidik anak, meskipun waktu dihabisakan lebih lama dengan ibu bukan berarti ayah menyerahkan sepenuhnya kepada ibu bukan? namun harus ada komunikasi efektif antara ayah ibu dan anak sehingga program pengasuhan pun dapat dijalankan dengan baik.

Namun tentunya ibu pun harus membuka mata lebar-lebar mengenai perannya yang sangat krusial dalam mendidik anaknya karena sama halnya seperti ayah, yang terpenting bukan kuantitas namun kualitas. Bisa saja ibu yang bekerja waktunya lebih berkualitas karena ketika sampai dirumah anaklah proritasnya begitupun sebaliknya, seorang ibu yang lebih lama bersama anaknya belum tentu waktunya berkualitas jika anak bukan prioritasnya. Jadi apapun kondisi ibu yang terpenting adalah menjadikan keluarga prioritas utama. 

Sumber : parentalk.id
Inti dari tulisan ini adalah mengajak kepada orang tua yakni ayah dan ibu untuk memahami betul perannya masing-masing tanpa memberatkan kepada salah satu pihak saja, misalnya ibu membebankan segala sesuatunya ke ayah yang jelas-jelas waktu ayah pun  tebatas, begitupun sebaliknya ayah membebankan segala sesuatu kepada ibu tanpa melihat faktor fisik dan psikis ibu ketika mengasuh anak.

Komunikasi dan kehangatan lah yang diperlukan dalam mendidik anak sehingga salah satu tidak merasa tugasnya lebih berat dibandingkan yang lainnya, jika komunikasi dan kehangatan ada seberat apapun tugasnya akan terasa ringan karena dikerjakan bersama-sama. Itulah kerjasama. 

Sumber : pexels.com
Anak adalah sebuah berlian yang jika diperlakukan dengan benar dan penuh kelembutan maka ia akan bersinar lebih dari apapun, dan hanya orang tua nya lah yang mampu melakukannya. 

Demikian sedikit tulisan yang mudah-mudahan bisa menjadi pengingat diri untuk kita semua sebagai orang tua.

Salam Bahagia.
Mozaik Psikologi.

Jika dirasa artikel ini bermanfaat, boleh di share pada tombol dibawah ini !!!

Rabu, 02 Januari 2019

Taman Balai Kota Bandung

Taman Balai Kota Bandung

Taman balai kota Bandung lokasinya tentunya di Bandung ya, alamat lengkapnya di Jl. Wastukencana no.2 Babakan Ciamis, Sumur Bandung Jawa Barat. Tempatnya cukup strategis karena berada di pusat kota bandung, meskipun terkadang kondisi lalu lintas disini macet sekali karena banyaknya pengunjung ke balai kota atau yang melintasi daerah ini. Namun meski demikian tidak mengurungkan niat para traveler untuk berwisata di taman balai kota ini melihat daya tarik nya yang otentik dan unik ini.

Sebetulnya di bandung ini banyak sekali taman- taman, baik itu yang baru di konstruksi atau yang hanya direvitalisasi, salah satunya balai kota ini yang memiliki banyak sekali perubahan dari waktu ke waktu.

Taman balai kota ini tentunya awalnya merupakan tempat dinas walikota bandung ya, namun selain dari itu balai kota ini juga menjadi tempat rekreasi dengan bermacam-macam kegiatan di dalamnya. Untuk masuk ke balai kota ini gretong alias gratis loh guys, hanya biaya parkir saja untuk yang membawa kendaraan.


Untuk masuk bisa dari berbagai penjuru, namun jika masuk di depan yang pertama kali dilihat adalah kolam air mancur dengan ornamen ukiran patung yang tentunya disenangi oleh anak kecil, maka dari itu kalau datang kesini bawa keluarga yaa biar makin lengkap.


Selain dari ukiran ikan , di taman balai kota ini juga ada ukiran berbentuk badak yang berbentuk taman yang gak boleh diinjak ya guys, duduk juga gak boleh. 


Disini juga ada kunci gembok ala-ala korea selatan di Namsan Tower bertuliskan love diatasnya yang bisa dijadikan spot berselfie untuk anak muda.


Yang unik pula, disini ada taman dengan bervariasi nama bunga yang indah dan termausk jenis yang langka sehingga bisa menambah wawasan juga ya guys.


Nah ini dia guys lokasi yang bagus juga untuk berselfie, taman labirin namanya. Jika dilihat dari atas bentuk taman ini ya seperti labirin, makannya kalau bawa anak kecil jangan dibiarkan berlalri-lari sendiri ya takutnya susah ketemunya.

Taman balai kota ini selain dipakai untuk berjalan-jalan saja, bisa juga dipakai berolahraga seperti bulu tangkis, lempar bola, berlari, bahkan banyak anak muda yang latihan dance dll karena tempat yang cukup luas ya jadi pengunjung tidak berdesakan meskipun banyak.

Itu saja mungkin ya sedikit informasi yang bisa disampaikan, mudah-mudahan bisa menjadi referensi untuk berwisata dengan keluarga tercinta.

Salam Bahagia.
Mozaik Psikologi.