Kata parenting seringkali digunakan di berbagai setting kehidupan, namun apa maksud dari parenting itu sendiri perlu dibedah kembali. Parenting jika diartikan secara harfiah artinya adalah " menjadi orang tua", namun rasanya tidak puas jika kita mengartikan parenting secara harfiah saja, lalu apa maksud atau pengertian parenting secara luas?
Parenting secara maknawiyah adalah program pengasuhan orang tua terhadap anaknya dengan menitikberatkan perkembangan yang meliputi aspek fisik, emosional, sosial, intelektual dan yang tidak kalah penting aspek spiritual anak dari prenatal hingga dewasa.
Jika di interpretasikan pengertian parenting di atas tentunya akan menjadi berkembang pembahasannya, karena memang pada hakikatnya segalanya harus dijelaskan supaya tidak terdapat multi tafsir yang akhirnya membuat tingkat ambiguitas menjadi lebih tinggi.
So, kita mulai dengan maksud dari program pengasuhan orang tua. Program pengasuhan orang tua disini maksudnya adalah hal-hal apa saja yang biasa atau akan dilakukan oleh orang tua ketika mengasuh anaknya. Meskipun pada realitanya, khususnya di masa sekarang ini yang mengasuh anak bukan hanya orang tua saja, namun ada pengasuh lainnya baik itu di rumah ataupun di sekolah. Guru ataupun pengajar lainnya pun bisa masuk ke dalam ranah parenting ini, mengingat saat ini waktu yang dihabiskan anak bukan hanya dengan orang tua saja. Kalau dalam istilah psikologi, pihak lain yang mengasuh anak disebut dengan parent image yang maksudnya adalah pihak pengganti atau wali dalam mengasuh anak.
Namun yang penting digarisbawahi disini adalah dalam program pengasuhan, orang tua lah yang tetap memegang kendali dan membuat program pengasuhan sehingga yang lainnya mengikuti, sekalipun anak sudah bersekolah tetap saja controlling ada di orang tua, sangat disayangkan jika terjadi permasalahan anak ketika di sekolah, yang disalahkan hanya guru nya saja padahal orang tua lah yang menjadi penanggung jawab pertama, bukan guru ataupun pihak sekolah yang hanya membantu saja.
Program pengasuhan bisa berbeda-beda untuk setiap anak, tidak bisa disamaratakan karena semua anak itu unik yang memiliki karakteristik sendiri. Program pengasuhan pun didasarkan pada kebutuhan anak yang kemudian sarana dan prasarananya disesuaikan.
Selanjutnya, program pengasuhan ini meliputi aspek perkembangan apa saja?
Aspek perkembangan yang mestinya di stimulasi meliputi aspek fisik, emosi, sosial, intelektual dan spiritual anak. Semua aspek tersebut di stimulasi sesuai dengan usia anak, mulai dari masa prenatal hingga dewasa. Namun kali ini yang akan dibahas hanya bagaimana stimulasi pada anak yang lebih spesifik.
Sebelum membahas satu persatu aspek perkembangan yang harus di stimulasi oleh orang tua, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan perkembangan itu sendiri. Perkembangan menurut Hurlock (1980) berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Sedangkan psikologi perkembangan mempelajari perubahan dalam perkembangan dalam seluruh rentang kehidupan dimulai dari prenatal hingga dewasa.
Aspek perkembangan yang pertama adalah perkembangan fisik, jika merujuk pendapat dari Kuhlen dan Thompson dalam Hurlock ( 1959) yang dikutip kembali oleh Yusuf ( 2000), perkembangan fisik individu meliputi empat aspek diantaranya adalah pertama, sistem syaraf yang tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual dan emosi. Aspek kedua adalah otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. Aspek ketiga adalah kelenjar endoktrin yang menyebabkan munculnya perilaku baru misalnya pada remaja dengan berkembangnya perasaan senang saat aktif melakukan kegiatan tertentu yang sebagian anggotanya adlah lawan jenis, dapat diartikan saat masa pubertas. Aspek keempat adalah struktur fisik yang meliputi tinggi, berat dan proporsi. Selain keempat aspek di atas, aspek fisiologis yang berperan penting lainnya adalah otak yang merupakan sentral perkembangan dan fungsi manusia.
Aspek perkembangan yang kedua yang perlu digali orang tua adalah aspek emosi.
Menurut Sarlito Wirawan dalam Yusuf (2000) menyatakan bahwa emosi adalah setiap keadaan pada individu yang disertai dengan warna afektif baik pada tingkat yang dangkal ataupun mendalam. Yang dimaksud warna afektif disini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghayati situasi tertentu yang implikasi nya misalnya pada perasaan senang, bahagia, sedih, takut, kesal, benci, terkejut, dll.
Aspek perkembangan yang ketiga adalah aspek sosial, menurut Yusuf (2000) perkembangan sosial dapat diartikan sebagai pencapaian kematangan dalam berhubungan sosial dengan orang lain yang menjadi sebuah proses belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok yang menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi serta bekerjasama.
Aspek perkembangan yang keempat adalah perkembangan intelektual, dalam kamus lengkap psikologi yang disusun oleh Chaplin ( 2011) menyatakan bahwa intelektual menyinggung soal intelegensi dan mencirikan seseorang dengan minatnya yang ditujukan pada ide-ide dan belajar. Lalu, apa yang dimaksud dengan intelegensi? Intelegensi menurut Wechsler ( 1944) adalah " the aggregate or global capacity of the individual to act purposefully, to thing rationally and to deal effectively with his environment" maksudnya adalah agregat atau kapasitas global individu untuk bertindak terarah, berfikir rasional dan menghadapi lingkungan dengan efektif.
Aspek perkembangan yang kelima adalah aspek spiritual, menurut Utsman Najati (2005) motif/dorongan spriritual pada seseorang terkait dengan dimensi spiritual manusia seperti misalnya dorongan untuk beragama, berpegang pada ketakwaan, cinta pada kebaikan, kebenaran dan keadilan serta benci pada kebatilan, keburukan dan kezaliman. Dorongan seseorang untuk ber spiritual merupakan suatu hal yang teramat penting sehingga menjadi suatu kelebihan dibandinkan dengan hewan.
Aspek spiritual ini tentunya sangat penting untuk kelangsungan hidup anak yang perlu di stimulasi lebih serius oleh orang tua karena seperti pernyataan Ibnul Qoyim Al-Jauziyah dalam buku prophetic parenting karya Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid ( 2010, hal 45) yang menyatakan bahwa " barang siapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakn datang dari sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama berikut sunnah-sunnahnya".
Setelah penjelasan di atas tentunya kita semua menjadi paham bahwa parenting itu tidak sesederhana yang kita bayangkan, ada program pengasuhan yang harus mencakup minimal kelima aspek perkembangan anak yang tentunya setiap aspek memiliki program pengasuhan masing-masing yang mestinya kita stimulasi sebagai bentuk usaha menjadikan anak matang pada setiap aspek perkembangan sesuai usianya.
Kemudian, jika kita berpikir lebih dalam kenapa ya parenting seringkali di asosiasikan dengan masa kanak-akan saja, padahal jelas sekali dalam pengertian parenting pun, aspek perkembangan itu meliputi semua rentang kehirupan yaitu dari masa prenatal hingga dewasa. Mau tau kenapa? tunggu artikel selanjutnya ya akan membahas alasan dibalik paradigma tersebut.
Dilarang Penasaran !!!!!
Sebelum ditutup, berikut adalah kesimpulan singkat dari materi di atas, semoga bermanfaat ya.
Salam Bahagia.
Mozaik Psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Jika dirasa artikel di atas bermanfaat, silahkan share ya tombol di bawah ini !!!
Jika di interpretasikan pengertian parenting di atas tentunya akan menjadi berkembang pembahasannya, karena memang pada hakikatnya segalanya harus dijelaskan supaya tidak terdapat multi tafsir yang akhirnya membuat tingkat ambiguitas menjadi lebih tinggi.
So, kita mulai dengan maksud dari program pengasuhan orang tua. Program pengasuhan orang tua disini maksudnya adalah hal-hal apa saja yang biasa atau akan dilakukan oleh orang tua ketika mengasuh anaknya. Meskipun pada realitanya, khususnya di masa sekarang ini yang mengasuh anak bukan hanya orang tua saja, namun ada pengasuh lainnya baik itu di rumah ataupun di sekolah. Guru ataupun pengajar lainnya pun bisa masuk ke dalam ranah parenting ini, mengingat saat ini waktu yang dihabiskan anak bukan hanya dengan orang tua saja. Kalau dalam istilah psikologi, pihak lain yang mengasuh anak disebut dengan parent image yang maksudnya adalah pihak pengganti atau wali dalam mengasuh anak.
Namun yang penting digarisbawahi disini adalah dalam program pengasuhan, orang tua lah yang tetap memegang kendali dan membuat program pengasuhan sehingga yang lainnya mengikuti, sekalipun anak sudah bersekolah tetap saja controlling ada di orang tua, sangat disayangkan jika terjadi permasalahan anak ketika di sekolah, yang disalahkan hanya guru nya saja padahal orang tua lah yang menjadi penanggung jawab pertama, bukan guru ataupun pihak sekolah yang hanya membantu saja.
Program pengasuhan bisa berbeda-beda untuk setiap anak, tidak bisa disamaratakan karena semua anak itu unik yang memiliki karakteristik sendiri. Program pengasuhan pun didasarkan pada kebutuhan anak yang kemudian sarana dan prasarananya disesuaikan.
Selanjutnya, program pengasuhan ini meliputi aspek perkembangan apa saja?
Aspek perkembangan yang mestinya di stimulasi meliputi aspek fisik, emosi, sosial, intelektual dan spiritual anak. Semua aspek tersebut di stimulasi sesuai dengan usia anak, mulai dari masa prenatal hingga dewasa. Namun kali ini yang akan dibahas hanya bagaimana stimulasi pada anak yang lebih spesifik.
Sebelum membahas satu persatu aspek perkembangan yang harus di stimulasi oleh orang tua, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan perkembangan itu sendiri. Perkembangan menurut Hurlock (1980) berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Sedangkan psikologi perkembangan mempelajari perubahan dalam perkembangan dalam seluruh rentang kehidupan dimulai dari prenatal hingga dewasa.
Aspek perkembangan yang pertama adalah perkembangan fisik, jika merujuk pendapat dari Kuhlen dan Thompson dalam Hurlock ( 1959) yang dikutip kembali oleh Yusuf ( 2000), perkembangan fisik individu meliputi empat aspek diantaranya adalah pertama, sistem syaraf yang tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelektual dan emosi. Aspek kedua adalah otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik. Aspek ketiga adalah kelenjar endoktrin yang menyebabkan munculnya perilaku baru misalnya pada remaja dengan berkembangnya perasaan senang saat aktif melakukan kegiatan tertentu yang sebagian anggotanya adlah lawan jenis, dapat diartikan saat masa pubertas. Aspek keempat adalah struktur fisik yang meliputi tinggi, berat dan proporsi. Selain keempat aspek di atas, aspek fisiologis yang berperan penting lainnya adalah otak yang merupakan sentral perkembangan dan fungsi manusia.
Aspek perkembangan yang kedua yang perlu digali orang tua adalah aspek emosi.
Menurut Sarlito Wirawan dalam Yusuf (2000) menyatakan bahwa emosi adalah setiap keadaan pada individu yang disertai dengan warna afektif baik pada tingkat yang dangkal ataupun mendalam. Yang dimaksud warna afektif disini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghayati situasi tertentu yang implikasi nya misalnya pada perasaan senang, bahagia, sedih, takut, kesal, benci, terkejut, dll.
Aspek perkembangan yang ketiga adalah aspek sosial, menurut Yusuf (2000) perkembangan sosial dapat diartikan sebagai pencapaian kematangan dalam berhubungan sosial dengan orang lain yang menjadi sebuah proses belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok yang menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi serta bekerjasama.
Aspek perkembangan yang keempat adalah perkembangan intelektual, dalam kamus lengkap psikologi yang disusun oleh Chaplin ( 2011) menyatakan bahwa intelektual menyinggung soal intelegensi dan mencirikan seseorang dengan minatnya yang ditujukan pada ide-ide dan belajar. Lalu, apa yang dimaksud dengan intelegensi? Intelegensi menurut Wechsler ( 1944) adalah " the aggregate or global capacity of the individual to act purposefully, to thing rationally and to deal effectively with his environment" maksudnya adalah agregat atau kapasitas global individu untuk bertindak terarah, berfikir rasional dan menghadapi lingkungan dengan efektif.
Aspek perkembangan yang kelima adalah aspek spiritual, menurut Utsman Najati (2005) motif/dorongan spriritual pada seseorang terkait dengan dimensi spiritual manusia seperti misalnya dorongan untuk beragama, berpegang pada ketakwaan, cinta pada kebaikan, kebenaran dan keadilan serta benci pada kebatilan, keburukan dan kezaliman. Dorongan seseorang untuk ber spiritual merupakan suatu hal yang teramat penting sehingga menjadi suatu kelebihan dibandinkan dengan hewan.
Aspek spiritual ini tentunya sangat penting untuk kelangsungan hidup anak yang perlu di stimulasi lebih serius oleh orang tua karena seperti pernyataan Ibnul Qoyim Al-Jauziyah dalam buku prophetic parenting karya Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid ( 2010, hal 45) yang menyatakan bahwa " barang siapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar. Kerusakan pada diri anak kebanyakn datang dari sisi orang tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dalam agama berikut sunnah-sunnahnya".
Setelah penjelasan di atas tentunya kita semua menjadi paham bahwa parenting itu tidak sesederhana yang kita bayangkan, ada program pengasuhan yang harus mencakup minimal kelima aspek perkembangan anak yang tentunya setiap aspek memiliki program pengasuhan masing-masing yang mestinya kita stimulasi sebagai bentuk usaha menjadikan anak matang pada setiap aspek perkembangan sesuai usianya.
Kemudian, jika kita berpikir lebih dalam kenapa ya parenting seringkali di asosiasikan dengan masa kanak-akan saja, padahal jelas sekali dalam pengertian parenting pun, aspek perkembangan itu meliputi semua rentang kehirupan yaitu dari masa prenatal hingga dewasa. Mau tau kenapa? tunggu artikel selanjutnya ya akan membahas alasan dibalik paradigma tersebut.
Dilarang Penasaran !!!!!
Sebelum ditutup, berikut adalah kesimpulan singkat dari materi di atas, semoga bermanfaat ya.
Salam Bahagia.
Mozaik Psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Najati, M.U. ( 2005). Psikologi dalam Al-Qur'an. Bandung : Putaka Setia.
Suwaid, M. N.A.H. ( 2010). Prophetic Parenting : Cara Nabi Mendidik Anak. Yogyakarta : Pro-U Media.
Wechsler, D. (1944). The Measurement of Adult Intelligence. third edition. Baltimore: The William & Wilkins Company.
Yusuf, H.S. (2000). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar