Sumber Gambar : dakwatuna.com |
Ketika mendengar kata parenting, kenapa ya yang terlintas dibenak adalah seorang ibu yang mengasuh anaknya. Lalu kenapa ayah tidak terlintas dalam benak?
Hal ini tentunya menjadi sebuah pecutan bagi para ayah, mengapa bisa terjadi hal semacam itu padahal jelas dalam pengertiannya saja, parenting adalah program pengasuhan yang dilakukan oleh ORANG TUA, jika orang tua berarti bukan hanya ibu saja dong, ada ayah didalamnya. Anak lahir karena ada ayahnya bukan?
Penulis pernah mendengar salah seorang pemateri yang memberikan materi tentang penanganan orang tua terhadap anak yang menderita cerebral palsy ( lumpuh otak) ia berkata ketika ada ibu yang konsultasi mengenai anaknya yang menderitan cerebral palsy tanpa datang dengan ayahnya, maka ia mengatakan dengan tegas bahwa ia tidak akan melakukan konsultasi jika ia tidak datang dengan ayah anak tersebut, karena ia berpikir rasanya sia sia saja jika ia hanya membimbing ibunya tanpa ayahnya tau pula secara mendetail apa yang harus dilakukannya kepada anaknya.
Hal yang perlu digarisbawahi pada cerita di atas adalah bahwa sebetulnya tidak bisa dalam mendidik anak hanya ibu saja yang berperan sedangkan ayahnya merasa cukup ketika sudah memenuhi kebutuhan materi anak. Harus ada kerjasama yang baik anatara ibu dan ayah dan kerjasama tersebut hanya akan terwujud jika ada komunikasi yang baik pula.
Ya, tentunya kita pun tidak boleh menutup mata bahwa waktu para ayah kebanyakan dihabiskan untuk memeras keringatnya demi menafkahi keluarga. Namun yang dibutuhkan oleh seorang anak bukan kuantitas/ berapa lama ia bertemu, namun kualitas yang dihasilkan sekalipun waktu bertemu sangatlah singkat.
Namun bagaimana yang terjadi saat ini? sangat disayangkan sekali kebanyakan para ayah saat ini diperbudak oleh tekhnologi, sehingga dirinya yang dikalahkan oleh canggihnya teknologi bukan justru mengalahkan teknologi dengan cara memanfaatkan sebaik-baiknya dan menggunakannya hanya untuk hal positif saja. Teknologi yang mana nih? misalnya ayah baru saja datang kerja bukannya menyapa anak namun ia sibuk melihat notifikasi medsos sampai akhirnya lupa waktu, ketika libur tiba bukannya mengajak anak bermain diluar berjalan-jalan atau berolahraga, para ayah disubukkan dengan bermain play station tanpa henti karena ia beranggapan ingin beristirahat dari lelahnya bekerja selama weekday padahal tanpa sadar anakpun butuh waktu bermain dengan ayahnya ketika ayahnya libur.
Sumber : suara.com |
Jika kebutuhan bermain anakpun tidak terpenuhi, bagaimana kebutuhan lainnya semisal pendidikan dasar anak dan akhlak yang baik yang tentunya ayahpun harus memberi tauladan yang baik.
Itu hanya sedikit contoh terkait pemikiran dangkal seorang ayah yang merasa sudah cukup ketika sudah mencukupi kebutuhan materi anak, padahal kebutuhan imateri pun sangatlah diperlukan untuk tumbuh kembang anak.
Itu hanya sedikit contoh terkait pemikiran dangkal seorang ayah yang merasa sudah cukup ketika sudah mencukupi kebutuhan materi anak, padahal kebutuhan imateri pun sangatlah diperlukan untuk tumbuh kembang anak.
Semua tergantung prioritas, apakah keluarga menjadi prioritas? jika menjadi prioritas tentunya akan selalu diutamakan apalagi menyangkut sense of responsibility seorang ayah terhadap anaknya.
Ketika ada seminar/pelatihan parenting yang datang kebanyakan adalah para ibu, meskipun acara seminar/parenting dilakukan di hari weekend. Ya memang benar adanya jika ibu adalah madrasah pertama untuk anaknya, namun apa sebetulnya peran ayah? ayah bagaikan kepala sekolah yang memiliki tanggung jawab lebih tinggi dibandingkan ibu sebagai madrasahnya. Apakah kepala sekolah harus ada setiap saat? tidaaak ya. Namun kepala sekolah harus selalu mengontrol dan menjadi penanggungjawab ketika sesuatu hal terjadi.
Umpamanya disekolah nih, waktu murid yang dihabiskan lebih lama dengan guru dan kepala sekolah karena sibuk hanya mengontrol beberapa saat saja. Lalu ketika ada permasalahan ujung-ujungnya yang bertanggungjawab bukan guru kan? namun kepala sekolah yang dianggap menjadi penanggung jawab utama. Sama halnya dengan mendidik anak, meskipun waktu dihabisakan lebih lama dengan ibu bukan berarti ayah menyerahkan sepenuhnya kepada ibu bukan? namun harus ada komunikasi efektif antara ayah ibu dan anak sehingga program pengasuhan pun dapat dijalankan dengan baik.
Namun tentunya ibu pun harus membuka mata lebar-lebar mengenai perannya yang sangat krusial dalam mendidik anaknya karena sama halnya seperti ayah, yang terpenting bukan kuantitas namun kualitas. Bisa saja ibu yang bekerja waktunya lebih berkualitas karena ketika sampai dirumah anaklah proritasnya begitupun sebaliknya, seorang ibu yang lebih lama bersama anaknya belum tentu waktunya berkualitas jika anak bukan prioritasnya. Jadi apapun kondisi ibu yang terpenting adalah menjadikan keluarga prioritas utama.
Sumber : parentalk.id |
Inti dari tulisan ini adalah mengajak kepada orang tua yakni ayah dan ibu untuk memahami betul perannya masing-masing tanpa memberatkan kepada salah satu pihak saja, misalnya ibu membebankan segala sesuatunya ke ayah yang jelas-jelas waktu ayah pun tebatas, begitupun sebaliknya ayah membebankan segala sesuatu kepada ibu tanpa melihat faktor fisik dan psikis ibu ketika mengasuh anak.
Komunikasi dan kehangatan lah yang diperlukan dalam mendidik anak sehingga salah satu tidak merasa tugasnya lebih berat dibandingkan yang lainnya, jika komunikasi dan kehangatan ada seberat apapun tugasnya akan terasa ringan karena dikerjakan bersama-sama. Itulah kerjasama.
Sumber : pexels.com |
Anak adalah sebuah berlian yang jika diperlakukan dengan benar dan penuh kelembutan maka ia akan bersinar lebih dari apapun, dan hanya orang tua nya lah yang mampu melakukannya.
Demikian sedikit tulisan yang mudah-mudahan bisa menjadi pengingat diri untuk kita semua sebagai orang tua.
Salam Bahagia.
Mozaik Psikologi.
Jika dirasa artikel ini bermanfaat, boleh di share pada tombol dibawah ini !!!
0 komentar:
Posting Komentar