Apa itu Parenting?

Parenting realitanya memiliki makna yang luas sehingga tidak hanya sebatas program pengasuhan orang tua terhadap anaknya saja.

Mengenal Gangguan Psikotik Skizofrenia

Bagaimana sebetulnya deskripsi mengenai gangguan psikotik skizofrenia dimulai dari definisi hingga proses terapinya.

Makna Filosofis logo Mozaik Psikologi

Logo Mozaik Psikologi dengan berbagai makna filosofis di dalamnya yang menjadi daya tarik dengan keotentikannya.

Tips Sukses Menyapih dengan Metode WWL ( Weaning With Love)

Sebuah Metode menyapih anak dengan cinta yang efektif untuk tetap menjaga attachment ibu dan anak .

Efektifitas Menggunakan KB Alami untuk Pasutri

Salah satu jenis KB yang bisa menjadi alternatif untuk pasutri tetap menjaga keharmonisan dibarengi kenyamanan fisik dan psikis.

Senin, 31 Desember 2018

Flow : Kondisi dimana dunia terasa milik sendiri

Sumber Gambar : pexels.com
Pernahkah diri ini merasa dalam keadaan senyaman-nyamannya, senikmat-nikmatnya tanpa memperdulikan hal lainnya, apapun itu. Kondisi seperti itulah dalam Psikologi Positif disebut dengan kondisi Flow. Flow adalah sebuah kondisi dimana seseorang merasa sangat terbawa kedalam aktifitas yang dilakukannya dan energinya terfokus pada suatu hal tersebut saking merasa nyaman dan menikmati aktifitas tersebut. 

Kondisi Flow ini seringkali dirasakan oleh seorang seniman, pelukis, penulis, pemain catur, programmer atau profesi lainnya yang membutuhkan fokus yang tinggi. Namun nyatanya flow ini bisa diraih dalam semua aktifitas kehidupan kita, bukan hanya pada contoh profesi di atas yang notabene berada dalam ruang lingkup pekerjaan saja. 

Csikszentmihalyi (1990) adalah salah seorang pemuka teori flow yang menggambarkan bagaimana kondisi flow mampu meningkatkan kualitas hidup seseorang dalam setiap setting kehidupan yang tentunya tidak lepas dari kenyamanan, ketenangan, kesenangan ataupun kenikmatan ketika melakukan sesuatu sekalipun kita dalam konsentrasi penuh ataupun fokus ketika mengerjakan sesuatu. 


Namun ternyata oh ternyata, meskipun konsisi flow ini sangatlah diidamkan oleh kita untuk meningkatkan kualitas hidup, nyatanya dalam konsep flow ini tidak semua orang dapat mencapainya. Orang dengan keperibadian autotelic dianggap lebih mampu mencapai kondisi puncak ini, lalu apa itu keperibadian autotelic?


Csikszentmihalyi (1990) menyatakan bahwa keperibadian autotelic adalah keperibadian yang karakteristiknya lebih mudah mentafsirkan potensi sebuah ancaman menjadi lebih menyenangkan sehingga kesehatan psikisnya lebih terjaga dibandingkan orang pada umumnya, kemudian kepribadian ini tidak pernah merasa bosan, jarang sekali cemas dengan peermasalahan yang ada bahkan terus melibatkan diri didalamnya.



Jika dilihat secara harfiah saja, autotelic itu adalah " diri yang memiliki tujuan yang mandiri" sehingga mencerminkan ide individu itu sendiri sehingga sedikit sekali campur tangan orang lain. Untuk kebanyakan orang, tujuan hidup bisa terbentuk oleh kebutuhan biologis dan konvensi sosial yang tentunya berasal dari eksternal, namun untuk tipe autotelic ini tujuan muncul dari pengalaman yang dievaluasi oleh kesadaran diri sendiri.

Singkatnya, tips untuk mendapatkan kondisi flow menurut Csikszentmihalyi (1990) ada 4 poin yang tentunya merupakan karakteristik dari kepribadian autotelic pula, diantaranya adalah :

1. Menetapkan tujuan yang jelas/spesifik, ketika seseorang menetapkan tujuan yang jelas maka kondisi flow dapat dengan mudah tercapai karena alasan melakuakan aktivitas tersebut sudah jelas bahkan terjadwal dengan rapi. 

2. Terlibat dalam aktifitas, setelah kita memilih suatu tujuan tertentu maka kita harus sangat terlibat dalam aktifitas yang dilakukan.

3. Konsentrasi penuh dengan memperhatikan apa yang terjadi, misalnya seorang atlet yang menyadari bahwa dalam setiap perlombaan, kesalahan sesaat saja dapat menjadikan kekalahan itu benar-benar nyata. 

4. Belajar menikmati setiap pengalaman yang terjadi, ketika kita sudah menetapkan tujuan, mengembangkan skill dan konsentrasi penuh terhadap setiap aktifitas maka saat itu pula kita menikmati setiap momen yang terjadi menjadi sebuah kesenangan, sehingga kita tetap mampu merasakan adanya angin sepoi-sepoi bahkan ketika panas dan aktifitas lainnya yang terasa berat oleh orang pada umumnya namun dinikmati sebagai sebuah pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup lebih baik. 

Konsep flow ini meskipun bisa diterapkan dalam semua setting kehidupan, namun nyatanya tetap saja yang seringkali menjadi fokusnya adalah pencapaian kondisi flow ketika sedang bekerja,mengapa? karena memang kebanyakan orang tidak menikmati kehidupannya ketika sedang melakukan pekerjaan sehingga kondisi flow pun sulit dicapai. 

Penulis teringat dengan tulisan Ayah Edy dalam buku berjudul " Memetakan Potensi Unggul Anak" yang isinya kurang lebih seperti ini  " salah satu ciri orang yang tidak bahagia ketika bekerja adalah orang yang sangat membenci hari senin dan terus menantikan hari sabtu dan minggu, benci hari senin karena hari mulai bekerja lagi sehingga bekerja hanya asal mendapatkan gaji tanpa menikmati pekerjaan yang ia kerjakan" 


Oleh sebab itu, kondisi flow tentunya sangatlah didambakan oleh orang yang setiap harinya disibukkan dengan pekerjaan sehingga tetap menikmati pekerjaannya dan lebih bersemangat ketika bekerja dan kepercayaan dirinya lebih tinggi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


Sumber Gambar : pexels.com
Dalam setiap hal yang diidamkan tentunya akan memiliki hambatan tersendiri, apa saja hambatan yang biasa terjadi untuk mendapatkan kondisi flow ini seperti yang dipaparkan oleh Csikszentmihalyi (1990) ?

1. Anhedonia/ kurangnya kesenangan, seperti salah satu simtom skizofrenia yang sangat kurang sekali kesenangan dalam hidupnya, sama halnya dengan pencapaian kondisi flow ini yang tentunya anhedonia dapat menjadi penghambat yang krusial. 


2. Tidak dapat berkonsentrasi, ketika seseorang kurang mampu memusatkan energi psikisnya maka esensi dari apa yang dikerjakannya pun tidk akan tercapai sehingga kondisi flow pun sangat sulit digapai. 


3. Kesadaran diri yang berlebihan, seseorang yang terus-menerus khawatir tentang bagaimana orang lain akan melihatnya,yang takut menciptakan kesan yang salah atau melakukan sesuatu yang tidak pantas maka akan sulit mencapai kondisi flow.


4. Kondisi sosial yang sulit diatasi, kondisi sosial seperti adanya perbudakan, penindasan, eksploitasi, dan penghancuran nilai-nilai budaya akan sangat menghambat kondisi flow.


5. Adanya patologi sosial ( Anomie dan Alienasi), anomie adalah kurangnya aturan yang ada di masyarakat sedangkan alienasi adalah kondisi di mana orang dibatasi oleh sistem sosial untuk bertindak dengan cara yang bertentangan dengan tujuan diri sendiri.


6. Hambatan flow sejauh ini dominan disebabkan oleh faktor yang ada dalam diri sendiri dibandingkan dengan faktor sosial.


Kondisi flow dapat dicapai dengan adanya motivasi/dorongan dari diri sendiri untuk mencapai tujuan, namun kenikmatan tetap dirasakan seberat apapun aktifitas yang dilakukannya.



Itu saja gambaran singkat tentang konsep flow, mudah-mudahan dapat bermanfaat dan ditunggu masukannya !!


Salam Bahagia..
Mozaik Psikologi..

DAFTAR PUSTAKA

Ayah Edy. ( 2015). Rahasia Memetakan Potensi Unggul Anak. Jakarta : Noura Books.

Csikszentmihalyi, M. ( 1990). Flow : The Psychology of Optimal Experience . Chicago : HarperCollins e-books.


Sabtu, 15 Desember 2018

Cara memulai Toilet Training yang Efektif

Sumber Gambar : mommyasia.id
Toilet Training adalah sebuah pelatihan atau ajang latihan untuk anak melakukan aktifitas yang berhubungan dengan toilet yakni buang air kecil dan buang air besar. Waktu anak memulai toilet training ini bervariasi sesuai dengan kondisi anak, rata-ratanya antara 2-3,5 tahun dan paling telat 4-5 tahun. Namun idealnya bunda bisa melatih toilet training setelah anak disapih, jadi satu-satu ya. Kalau berbarengan kasihan anak harus adaptasi dengan 2 hal. Tidak disarankan pula toilet training terlalu dini, mengingat kondisi mental anak yang kebanyakan belum siap dan dari segi fisiknya pun akan ada efek lainnya yang harus diwaspadai para orang tua. Jadi waktu idealnya antara 2,5- 3 tahun anak sudah mulai dilatih ya. Apa saja nih tips nya supaya pelatihan nya efektif?

1. Jangan memaksa anak sebelum waktunya.

Tidak ada suatu kebaikan apapun yang efektif jika dilakukan dengan penuh paksaan, sama halnya dengan memaksa anak memulai toilet training sebelum anak siap. Pada waktu yang tepat tentunya anak akan siap tanpa dipaksa namun tetap di stimulasi, tidak dipaksa bukan berarti dibiarkan bukan? namun di stimulasi dengan cara yang halus sesuai dengan psikologis anak. 

2. Jika sebelumnya menggunakan diapers sekali pakai, beralihlah ke diapers kain.

Untuk melepaskan popok sekali pakai secara langsung tentunya sangat beresiko, anak justru akan sulit beradaptasi dan shock. Maka dari itu cara yang tepat adalah dengan menggantinya dengan popok kain terlebih dahulu, nanti lama kelamaan popok kain pun anak tidak akan nyaman karena sudah terbiasa BAB/BAK di toilet, sehingga popok pun bisa sepenuhnya dilepaskan. 

Sumber Gambar :mommyasia.id


3. Jadwalkan membawa anak ke toilet setiap 2 jam sekali.

Konsistensi orang tua khususnya bunda sangat diharuskan dalam hal ini, anak setiap 2 jam sekali dibawa ke toilet meskipun anak sedang tidak ingin BAB/BAK. Tujuannya membiasakan anak untuk ke toilet, dan pada akhirnya anak akan refleks BAB/BAK di toilet. Lama-kelamaan anak akan terbiasa dan tidak nyaman jika harus BAB/BAK di celana. Syaratnya bunda konsisten yah.

4. Berilah reward berupa pujian ketika anak bisa BAB/BAK di toilet.

Reward/ hadiah ketika anak melakukan suatu kebaikan bukan hanya dalam bentuk materi saja, namun bisa berupa pujian misalnya " yeee, horeeeee, kaka udah pintar ya pipis di toilet, anak pinter" sambil kepalanya diusap. Ketika anak mendapatkan itu, ia jadi tau bahwa yang dilakukannya adalah kebaikan sehingga merangsang anak untuk mengulangi kebaikan tersebut lagi dan lagi, namun tetap saja pujiannya jangan terlalu sering dan berlebihan ya, jika itu terjadi justru anak akan merasa biasa saja nantinya ketika diberikan pujian, jadi merasa gak spesial lagi maksudnya. Namun sangat tidak disarankan reward diberikan berupa materi misalnya mainan atau jajanan, hal tersebut justru akan jadi petaka untuk bunda dan anak itu sendiri, anak hanya terfokus pada hadiah dan akan mengamuk jika tidak diberi hadiah lagi. 

5. Pastikan anak untuk BAK terlebih dahulu sebelum tidur.

Memang seringkali terjadi kendala ketika kita mengajak anak untuk BAK sebelum tidur karena anak merasa mengantuk sehingga malas ke toilet, namun jika dibiasakan dengan ajakan yang lembut dan terus menerus, anak akan mulai terbiasa untuk BAK dulu sebelum tidur, karena memang faktanya justru jika tida BAK dulu anak akan mengompol di kasur karena banyaknya urin dalam kandung kemih yang belum dikeluarkan sebelum tidur. Jadi mau gak mau bunda harus mengajak BAK dulu ya sebelum tidur.

6. Kurangi asupan cairan sebelum tidur.

Jika sebelumnya anak sudah BAK sebelum tidur namun masih terus banyak minum cairan baik itu air putih atau susu, maka ya kandung kemih akan penuh lagi dan akhirnya mengompol lagi di kasur. Maka dari itu alangkah lebih baik jika anak mengurangi asupan cairan sebelum tidur, dan sebagai gantinya ketika bangun langsung kita kasih minum supaya anak tidak kehausan.

7. Dilarang keras menghukum anak ketika BAB/BAK di celana.

Anak seusia ini tidak akan mempan jika diberikan hukuman ketika ia berperilaku kurang tepat, mengapa? karena ia belum paham apa kesalahannya, ia justru hanya merasa mendengar omelan dan teriakkan orang tuanya tanpa tau alasannya apa. Anak yang sudah besar saja ketika diberikan hukuman ada yang berontak dan ada yang diam saja membatin, jadi hukuman sangatlah tidak efektif dalam keadaan apapun termasuk ketika proses toilet training ini, anak justru akan semakin tidak mau BAB/BAK di toilet jika ketika masuk toilet saja sudah terasa horror, anak akan semakin trauma dan akan semakin sulit pula untuk memulai toilet training nya. 

Sumber Gambar : orami.co.id

8. Bunda senantiasa tersenyum ketika mengajak ke toilet ataupun di dalam toilet.

Bahasa itu ada dua jenis, pertama bahasa verbal dan yang kedua adalah non verbal. Bahasa verbal bisa dilakukan seperti di atas yaitu memberi pujian dengan kata-kata, dan non verbal nya bisa dengan bunda senantiasa tersenyum ketika mengajak dan berada di toilet, ketika bunda tersenyum ananda akan merasa nyaman dan tenang, tidak merasa tertekan atau terbebani dengan adaptasi toilet training ini. Malah anak akan bersemangat karena bunda terlihat senang ketika ananda BAB/BAK di toilet dan ananda akan melakukan repetisi/pengulangan terhadap perilaku yang membuat bunda senang tersebut.

9. Pastikan segala sesuatunya dilakukan bertahap.

Segala sesuatu yang dilakukan secara mendadak tentunya akan beresiko, baik itu terhadap fisik ataupun psikis. Termasuk toilet training ini haruslah dilakukan secara bertahap, step by step sesuai dengan kondisi ananda. Misalnya waktu memulainya dilakukan setelah anak selesai disapih, jadi satu persatu yang harus ia lalui. Kemudian dalam hal melepas popok, tidak langsung dilepas seutuhnya, namun diberikan pengganti terlebih dahulu yaitu popok kain. Selanjutnya popok dilepas pun hanya ketika dirumah terlebih dahulu, jika bepergian tetap pakai popok sekali pakai sampai akhirnya ananda merasa tidak nyaman mengenakkan popok keluar rumah. Ketika semuanya dilakukan secara bertahap maka efeknya akan sangat positif terhadap fisik dan psikis ananda.

Itu saja sedikit tips, mudah-mudahan bermanfaat, mohon maaf bila masih ada kekurangan.

Salam Bahagia..
Mozaik Psikologi..

Jika dirasa artikel ini bermanfaat, silahkan di share pada tombol dibawah ini !!!

Tepatkah Stigma Parenting Diasosiasikan dengan Fase Kanak-Kanak saja?

Sumber Gambar : pexels.com

Dewasa ini istilah parenting sudah tak asing lagi di telinga termasuk di sekitar kita banyak sekali para ibu-ibu berbondong-bondong mengikuti seminar parenting ataupun pelatihan yang berkaitan dengan parenting. Salah satu tujuan semangat mengikuti seminar atau pelatihan parenting tentunya bukan ingin menjadi orang tua yang sempurna, namun setidaknya berusaha untuk menjadi orang tua yang lebih baik dan lebih baik lagi dari hari ke harinya karena memang seorang ibu adalah manusia biasa yang tentunya memiliki emosi yang cenderung naik turun, seperti halnya keimanan yang terkadang naik dan terkadang pula turun.

Namun ternyata pada realitanya, kebanyakan seminar ataupun pelatihan parenting hanya mengacu pada orang tua yang memiliki anak dalam fase kanak-kanak saja, maksimal sampai remaja lah, sangat jarang sekali orang tua yang anaknya sudah dewasa mengikuti parenting yang salah satu alasannya karena stigma itu sendiri. Peserta seminar atau pelatihan di dominasi oleh emak-emak yang memiliki balita sampai kanak-kanak, yang remaja pun sangat minim adanya. 

Padahal jika mengacu pada pengertiannya saja seperti dalam artikel sebelumnya, parenting itu sendiri segmentasi nya bukan pada fase kanak-kanak saja, bahkan dari masa prenatal ( sebelum lahir/dalam kandungan) sampai dewasa.

Lalu mengapa muncul stigma bahwa parenting hanya diasosiasikan pada kanak-kanak saja? ya memang sangat betul adanya bahwa pada fase ini adalah periode emas yang merupakan fase kritis untuk anak mengembangkan setiap aspek perkembangannya yang efeknya terasa sampai dewasa sehingga fase ini harus mampu di optimalkan sedemikian rupa untuk menjadikan anak pribadi yang berkembang sesuai masanya dan tentunya untuk meminimalisir permasalahan anak dikemudian hari.

Namun yang menjadi permasalahannya, oleh karena alasan di atas menjadikan para orang tua hanya fokus di masa itu saja sehingga dimulai dari masa remaja hingga dewasa orang tua cenderung lepas tangan seakan-akan tidak ada tugas/ kewajiban yang harus dilakukan pada masa remaja dan dewasa. 

Padahal belum tentu orang tua sudah mengoptimalkan potensi anak pada masa kanak-kanak saja, akan sangat banyak sekali barrier atau halangan yang harus anak hadapi pada masa remaja dan dewasa yang semuanya tentunya memiliki ilmunya masing-masing pada setiap fasenya termasuk remaja dan dewasa. 

Teori-teori psikologi perkembangan pun tidak hanya membahas fase kanak-kanak saja bukan? namun kebanyakan dibahas pada semua rentang kehidupan dimulai dari bayi sampai lanjut usia, bahkan ada yang dari mulai prenatal hingga kematian yang tentunya semua fase memiliki tugas perkembangan masing-masing.

Lalu apa jadinya jika emak-emak yang berbondong-bondong mengikuti seminar dan pelatihan hanya yang memiliki balita saja misalnya, sedangkan meskipun anak sudah dewasa tetaplah ia adalah anak kita.

Yaa meskipun benar adanya kalau dalam islam sendiri orang tua berkewajiban menanggung beban dosa hanya sampai aqil baligh saja dan seterusnya anak bertanggung jawab dengan pilihannya sendiri, namun apakah karena hal itu tepatkah jika orang tua lepas tangan begitu saja? tanpa melakukan evaluasi tentang bagaimana cara ia mendidik anaknya ketika masa prenatal sampai remaja?

Lalu apabila terjadi hal yang tidak diinginkan pada masa dewasa, akankah itu menjadi tanggungjawab anak saja tanpa orang tua pun bertanggungjawab kenapa anak ? penulis rasa orangtua pun ikut andil bertanggungjawab apalagi jika kesalahan anak berhubungan dengan bagaimana cara orangtua mendidik semasa anak masih kecil.

Penulis seringkali mendengar pernyataan orang tua yang anaknya bermasalah pada usia remaja yang dengan santainya berkata " biarkan saja, anak saya sudah bukan anak kecil lagi, ia sudah remaja bahkan dewasa" misalnya bahkan ada yang pernyataannya lebih ekstrim, orang tua berkata pada anaknya yang remaja " ah terserah kamu mau berperilaku seperti apapun, toh kamu sudah terlanjur jadi produk gagal" bayangkan bagaimana perasaan anak tersebut dan bayangkan pula perilaku nya akan menjadi seperti apa kedepannya. 

Pertanyaannya meskipun anak sudah bukan anak-anak lagi, lalu apakah jika anak kita jatuh ke jurang orang tua harus diam saja? tentunya tidak ya. 

Intinya adalah bahwa sebagai orang tua harus tetap semangat menjadi orang tua seutuhnya sampai anak dewasa, bukan hanya pada fase anak-anak saja orangtua menggebu-gebu melakukan ini dan itu sedangkan sudah masuk fase remaja tinggal menonton saja, semua fase memiliki tugas perkembangan masing-masing sehingga pendekatan yang dilakukan oleh orang tua pun akan berbeda pada setiap fase nya, ketika anak sudah remaja tidak bisa pendekatannya seperti kepada anak-anak, ketika anak sudah dewasa pun tidak bisa pendekatannya seperti kepada remaja. 

Begitulah seharusnya orangtua, jadi mulai dihilangkan yah stigma bahwa parenting itu hanya untuk anak-anak saja, tidak kok karena semua fase kehidupan memiliki cara tersendiri dalam pendekatannya yang bahkan Rasulullah SAW pun mencontohkan pada setiap fase tersebut dan semua itu tetap menjadi tanggungjawab orangtua.

Itu saja yaa sedikit pemikiran yang tentunya masih banyak kekurangannya, jika ada saran silahkan boleh komen di bawah yaa. Mudah-mudahan bermanfaat.

Salam Bahagia.
Mozaik Psikologi.

Jika dirasa artikel ini bermanfaat, boleh di share ya pada tombol di bawah ini !!!!

Efektifitas menggunakan KB Alami untuk Pasutri

Penggunaan KB Alami

KB ( Keluarga Berencana) adalah sebuah program untuk menunda mempunyai anak, KB sendiri sampai saat ini masih terjadi pro kontra yang tak kunjung selesai, namun segala sesuatu nya kembali kepada pilihan pasutri memilih program KB atau tidak. Semuanya memiliki alasan masing-masing yang menjadi hak prerogatif sehingga tidaklah mudah untuk berubah haluan. 



Namun disini penulis mencoba membuka dan ingin bertukar pikiran dengan pasutri yang memilih melakukan penundaan bahkan berhenti untuk menambah momongan. Namun perlu digarisbawahi pula bahwa manusia hanya berencana, Allah SWT lah yang menentukan segala sesuatunya. Tulisan ini didasarkan pada pengalaman pribadi selama menikah 8 tahun kurang yang menggunakan KB alami.



KB alami maksudnya adalah KB yang natural saja dan tidak menggunakan alat kontrasepsi lainnya berupa pil, disuntik, spiral dll. Semua tergantung pilihan pasutri ingin menggunakan KB alami ataukah KB lainnya yang tentunya memiliki efek samping yang beragam. KB alami dipilih untuk pasutri khusunya istri yang tidak siap menerima benda asing dalam tubuhnya, namun KB alami tidak bisa dilakukan secara mendadak mengingat kondisi psikologis khususnya suami yang membutuhkan proses adaptasi yang cukup lama, jadi istri tidak disarankan memaksa suami jika suami memang terlihat keberatan. 



Penulis berhasil menggunakan KB alami karena dilakukan dari awal menikah, sehingga pasutri khususnya suami sudah terbiasa. Maka dari itu untuk yang baru nikah atau berencana menikah, bisa mencoba mempelajari bagaimana metode KB alami ini sebelum terlambat, karena kalau sudah terlalu lama akan butuh waktu lebih lama untuk adaptasi dan tidak semuanya mampu beradaptasi dengan perubahan. 



So, apa saja sih KB alami yang bisa digunakan oleh para pasutri?



Terdapat tiga metode yang biasa digunakan KB alami yang mudah dipraktikan, selebihnya ada cara lain yang prosesnya perlu konsultasi dengan ahli sehingga lebih rumit. Namun tiga metode ini bisa dipahami sendiri oleh pasutri, apa saja sih ketiga metode ini?

Pertama KB kalender, kedua menggunakan alat kontrasepsi dan ketiga adalah coitus interuptus.

KB Kalender

Cara penggunaan KB kalender adalah dengan dilakukan perhitungan setiap bulannya untuk melihat masa subur dan masa tidak subur. Namun syaratnya adalah siklus menstruasi nya harus teratur untuk meminimalisir kesalahan dalam penghitungan. Masa subur adalah ketika terjadinya ovulasi ( ovarium melepas sel telur) sehingga kemungkinan sel telur dibuahi sangat tinggi yang tentunya probabilitas terjadinya kehamilan sangat tinggi pula, sebaliknya dengan masa tidak subur yang tidak terjadi ovulasi. Nah di masa tidak suburlah pasutri dapat berhubungan. Namun tetap saja peluang terjadinya pembuahan masih ada mengingat sperma dapat bertahan sampai 3 hari dalam tubuh. 

Maka dari itu, ketika saya menggunakan metode ini saya tidak pernah lepas dari tes kesuburan, tes kesuburan ini berfungsi untuk melihat kita dalam masa subur ataukah tidak. 

Sumber Gambar : ibuhamil.com

Cara penggunaan tes kesuburan di atas sama dengan penggunaan tespack kehamilan, jika hasilnya positif maka dalam keadaan subur dan negatif dalam keadaan tidak subur. Jika tidak menggunakan alas tes ini dikhawatirkan terjadinya kesalahan dalam perhitungan kalender. Lalu bagaimana sih sebetulnya cara menghitung masa subur dan tidak suburnya, untuk mempermudah kita lihat tabel di bawah ini ya :



Cara menghitung waktu subur adalah dengan mengetahui biasanya masa bersih ( tidak haid)  kita berapa hari dalam setiap bulannya, misalnya masa bersih kita biasanya 22 hari seperti tabel di atas, maka untuk menghitung waktu suburnya langkah pertamnya adalah dengan dibagi 2, jadi 22:2 = 11. Maka masa suburnya berada diantara hari ke 11 tersebut, yaitu hari ke 10, 11 dan 12. 3 hari tersebut adalah masa paling subur, karena sebetulnya 2 hari sebelum dan setelahnya pun adalah masa subur, namun yang paling subur adalah ketiga hari tersebut. Coba cek pada tabel di atas tanda berwarna hijau muda adalah masa paling subur. 

Simpelnya, tanda berwarna merah adalah masa haid selama 7 hari.
setelahnya yang berwarna kuning adalah masa tidak subur selama 3-7 hari,
warna hijau terdiri dari 2 warna,
hijau tua adalah masa subur
hijau muda adalah masa paling subur,
kembali lagi ke kuning masa tidak subur ,
terakhir warna merah masuk lagi ke masa menstruasi.


Jika diruntut sebetulnya kita mengalami masa subur hanya sebentar saja, sehingga KB kalender ini sangat disarankan untuk menjaga kesehatan fisik dan psikis pasutri. Namun perlu diingat yah, bahwa penghitungan ini bisa saja terjadi kesalahan sehingga agar lebih akurat tetap saja harus melakukan tes kesuburan yang tingkat akurasinya tinggi, supaya pasutri lebih nyaman dan tenang.

Lalu yang seringkali jadi permasalahan, bagaimana dong jika pada masa subur yang hanya sebentar itu pasutri ingin tetap bersenggama? ya tentu ada cara lainnya yang bisa digunakan yaitu cara kedua dan ketiga, yaitu menggunakan alat kontrasepsi dan coitus interuptus.

Penggunaan Alat Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi tentunya sah-sah saja jika pasutri merasa nyaman dan tidak ada cara lain, mengingat misalnya pada masa itu adalah masa subur. Maka metode ini bisa menjadi pilihan ya khususnya dalam kondisi tertentu, bisa karena dalam kondisi subur atau kita lupa dan malas memberli tes kesuburan. Oh ya, untuk harga tes kesuburan sama dengan tespack kehamilan kok, jadi cukup terjangkau, jika dalam sebulan kita menggunakan 3 tes kesuburan saja, harganya masih sangat jauh lebih murah dibandingkan menggunakan KB lainnya.

Coitus Interuptus
Coitus Interuptus adalah sebuah metode untuk mencegah terjadinya pembuahan dengan cara suami mencabut kemaluannya terlebih dahulu sebelum keluarnya sperma, cara ini cukup efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan catatan suami harus benar-menar mengetahui tanda-tanda akan keluarnya sperma. Cara ini bisa dilakukan dalam keadaan mendesak seperti halnya penggunaan alat kontrasepsi. Namun memang pada realitanya tidak semua suami siap dan mampu sehingga kebocoran pun tidak bisa terelakkan, maka dari itu penulis dari awal menyarankan bahwa KB alami ini lebih baik digunakan untuk yang baru menikah atau berencana menikah, karena jika sudah lama menikah adaptasinya butuh waktu yang lama dan istri tidak bisa memaksa suami melakukan metode ini demi kenyamanan dan ketenangan pasutri itu sendiri.

Itu saja yang dapat disampaikan mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan karena sejatinya menggunakan metode KB apapun itu adalah sebuah pilihan karena hanya pasutri yang merasakan mana yang lebih cocok dan nyaman untuknya yang tentunya dibarengi dengan komunikasi dua arah dengan tujuan keharmonisan bisa tetap terjaga.

Salam Bahagia..
Mozaik Psikologi..

Jika dirasa artikel ini bermanfaat, silahkan boleh di klik tombol share di bawah ini !!!


Jumat, 14 Desember 2018

Makna Filosofis Logo Mozaik Psikologi

Logo Mozaik Psikologi


Sebelum dijelaskan makna filosofis dari logo mozaik psikologi ini, alangkah lebih baik jika diketahui terlebih dahulu maksud/arti dari kata "logo" terlebih dahulu yang tentunya dapat menambah wawasan menjadi lebih luas ya.

Seperti dilansir dalam situs wikipedia.org yang menyatakan bahwa logo adalah suatu gambar atau sketsa dengan arti tertentu yang mewakili suatu arti dari perusahaan, daerah, organisasi, produk, negara, lembaga dan hal lainnya yang membutuhkan suatu yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya yang tentunya harus memiliki makna filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan memiliki sifat yang mandiri atau berdiri sendiri yang menjad ciri khas dan biasanya berupa warna dan bentuk tertentu. 

Nah itu dia maksud dari kata " logo" itu sendiri, sekarang dapat dipahami yaa mengapa sebuah weblog seperti ini lebih baik mempunyai logo tersendiri, tujuannya ya sebagai pengganti nama yang sebenarnya yang tentunya memiliki ciri khas tertentu sehingga mudah diingat.

Karena logo itu harus mewakili suatu arti tertentu, ya tentunya harus memiliki makna filosofis juga dong yang tentunya menjelaskan maksud dari bentuk logo tersebut.

Nah sekarang masuk ke intinya, bagaimana sih makna filosofis dari logo mozaik psikologi ini?

Tujuan penulis membuat weblog sangat simpel sekali, hanya ingin berbagi ilmu dan bertukar pikiran dengan khalayak berkaitan dengan hal-hal yang berbau psikologi atau ilmu psikologi. Penulis masih merasa banyak sekali kekurangan sehingga sangat menantikan saran dan kritik yang membangun dari semuanya.

Kembali ke makna filosofis dari logo mozaik psikologi ini, jika dilihat dari warna terlebih dahulu, logo ini yang menonjolnya adalah warna ungu. Kenapa ungu? yang berkecimpung dibidang psikologi tentunya pasti sangat memahami hal ini.

Warna ungu jika dilihat dari gradasi warna antara warna merah  dan biru, jika mendekati warna biru maka warnanya jadi violet sedangkan jika mendekati warna merah maka jadi warna ungu. Oleh karena gradasi warna tersebut maka warna ungu jika dilihat dalam psikologi warna menunjukan kebijaksanaan, spiritualitas, kemegahan, ketenangan dll. 

Namun kita tidak bisa hanya melihat dari gradasi warnanya saja, harus dilihat pula dari sisi sejarah latar belakang bidang psikologi identik dengan warna ungu. Seperti yang diketahui bahwa lambang Psikologi bentuknya seperti trisula yang diambil dari salah satu alfabet ke-23 bahasa Yunani yang dibaca psyche atau psi yang artinya adalah jiwa atau ruh. Lambang psi tersebut memang aslinya berwarna ungu, itulah awal mula alasannya. Lalu kenapa warna ungu? ya karena pada saat itu menurut orang yang bisa melihat hal yang ghaib atau istilah spesifiknya "aura", jiwa/psikis itu memancarkan aura berwarna ungu. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan maka ilmu psikologi identik dengan warna ungu karena aura yang dipancarkan oleh orang yang bermasalah/memiliki gangguan adalah warna ungu yang tentunya erat hubungannya dengan bidang psikologi yang memfokuskan pada penanganan psikologis pada gangguan-gangguan semacam itu.


Selanjutnya masih seputar warna, jika dilihat pada logo mozaik psikologi di atas, warna yang ditampilkan cenderung halus/lembut, artinya tidak mencolok yang terlihat dari paduan garis-garis nya dimana kesan lembut nya terasa. Kelembutan itulah yang akan menjadi ciri khas dari tulisan-tulisan penulis. Karena memang salah satu karakter warna ungu pun adalah kelembutan/kehalusan.


Selanjutnya masuk ke bentuk mozaik/puzzle-puzzle yang berada di samping kiri makna nya sesuai dengan namanya yaitu mozaik psikologi, kenapa mozaik? karena pada realitanyanya sejarah Ilmu Psikologi itu seperti kepingan-kepingan yang awalnya berserakan dimana-mana dengan berbagai latar belakang, berbagai istilah, berbagai masalah yang pada intinya semua itu adalah tentang Ilmu Psikologi. Lalu, kepingan-kepingan tersebut akankah menyatu menjadi satu kesatuan yang tidak bisa diganggu gugat? saya rasa tidak karena memang ilmu psikologi itu sangatlah luas dan beragam serta dinamis disesuaikan dengan segala situasi dan kondisi sehingga tidak bisa menjadi stuck. Itulah keindahan Ilmu Psikologi yang karena banyaknya kepingan-kepingan tersebut menjadikan Ilmu Psikologi lebih berkembang dan menyenangkan untuk dipelajari. 


Alasan di atas yang menjadikan bentuk kepingan-kepingan dalam logo mozaik psikologi tidak menyatu seperti bentuk wajik yang sudah stuck sampai disana. Munculnya kesan dinamis namun tetap realistis bahwa kepingan-kepingan dalam ilmu psikologi sangat sulit sekali di kotak-kotak an sesuai keinginan sehingga ilmu psikologi jangkauannya akan tetap luas yang memotivasi kita terus terus menggali dan menggali ketepatannya. 


Selain itu, logo mozaik psikologi pula disematkan lambang psikologinya yang menjadi ciri yang otentik untuk Ilmu Psikologi itu sendiri, maka sangat disayangkan sekali jika lambang psikologi terlewatkan.


Itu saja mungkin penjelasan terkait makna filosofis dari logo mozaik psikologi ini, mudah-mudahan sesuai dengan nama dan logonya, weblog ini bisa bermanfaat dan menjadi ajang bertukar pikiran yang tentunya memperkaya Ilmu Psikologi dan bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari.


Salam Bahagia..

Mozaik Psikologi..








Mengenal Gangguan Psikotik Skizofrenia

Sumber  Gambar: nationalgeoghrapic.grid.id

Sebelum mengenal lebih jauh tentang skizofrenia hanya merasa ada insight untuk menuliskannya, itu saja. Maka dari itu, mari kita coba bedah hal-hal yang berkaitan dengan skizofrenia, dimulai dari maksud skizofrenia itu sendiri sampai pada bagaimana terapi yang harus dilakukan pada penderita skizofrenia menurut para ahlinya, chek it out

Apa itu  Skizofrenia?


Menurut Chaplin (2011) skizofrenia adalah sebuah nama umum untuk sekelompok reaksi psikotis yang dicirikan dengan pengunduran atau pengurungan diri, gangguan emosional dan afektif, serta adanya halusinasi, delusi, tingkah laku negativistis dan adanya kemunduran berikut kerusakan yang progresif.

Sedangkan dalam buku psikologi abnormal yang disusun oleh Davison, Neale & Kring (2012) menyatakan bahwa skizofrenia adalah salah satu gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama pada pikiran, emosi dan perilaku yang terganggu, sehingga membuat berbagai pemikiran menjadi tidak saling berhubungan secara logis, adanya persepsi dan perhatian yang keliru, afeksi yang datar dan berbagai gangguan motorik yang bizzare. Penderita skizofrenia ini menarik diri dari orang lain dan kenyataan serta seringkali berfantasi yang penuh dengan delusi dan halusinasi.

Sesuai dengan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa skizofrenia itu adalah gangguan psikotik pada individu yang ditandai dengan adanya gangguan pada pikiran, emosi dan perilaku. Gangguan pada pikiran berupa delusi, halusinasi yang tentunya membuat pikiran tidak berhubungan secara masuk akal. Gangguan pada emosi berupa afeksi yang datar dan menarik diri dari orang lain. Gangguan perilaku berupa aktifitas motorik yang tidak karuan/tidak jelas dan dalam kondisi parah bisa merusak diri sendiri dan orang lain.

Bagaimana Sejarah Konsep Skizofrenia?


Selanjutnya, sebelum mengetahui tentang bagaimana simptom dari skizofrenia alangkah lebih baik jika kita mengetahui terlebih dahulu tentang bagaimana sejarah asal mula nya bisa muncul konsep skizofrenia ini. Sejarah konsep skizofrenia ini dan semua materi yang akan dipapaparkan semuanya merujuk pada buku psikologi abnormal yang disusun oleh Davison, Neale & Kring (2012) yang dirangkum sehingga lebih mudah dipahami. Untuk sejarah konsep skizofrenia dalam buku tersebut dinyatakan bahwa pelopor munculnya istilah skizofrenia  dimulai oleh seorang psikiater berkebangsaan Jerman bernama Emil Kraepelin dan psikiater berkebangsaan Swiss bernama Eugen Bleuler. 


Emil Kraepelin mengemukakan gambaran mengenai dementia praecox yang menjad istilah awal skizofrenia pada tahun 1898 yang telah terbukti dapat bertahan dalam penelitian kontemporer. Lalu, bagaimana konsep dementia praecox ? dementia praecox  ini mencakup beberapa konsep diagnostik  yaitu dimensia paranoid, katatonia dan hebefrenia yang dianggap sebagai entitas tersendiri oleh para ahli klinis pada beberapa dekade terdahulu.

Secara istilah, praecox berarti terjadi pada usia awal dan demensia berarti perjalanan yang memburuk yang ditandai oleh deteriorisasi intelektual yang progresif. Namun, demensia dalam demensia praecox tidak sma dengan demensia yang ditandai dengan kerusakan memori yang parah, yang dimaksud demensia disini adalah  kelemahan mental pada umumnya.

Namun berbeda halnya dengan Eugen Bleuler yang memiliki pendapat berbeda dengan yang disampaikan oleh Emil Kraepelin, ia berpendapat bahwa gangguan tersebut tidak selalu terjadi pada usia dini dan ia pun yakin bahwa gangguan ini tidak akan berlanjut menjadi demensia, pendapat tersebut tentunya mematahkan pendapat yang disampaikan oleh kraepelin sehingga sebutan dementia praecox tidak dapat digunakan kembali.

Kemudian pada tahun 1908, Bleuler memberikan istilahnya sendiri terkait gangguan ini, yaitu skizofrenia yang berasal dari bahasa Yunani schizein dan phren. Schizein artinya membelah dan phren artinya akal pikiran. Sehingga dari kedua kata tersebut dapat mencakup karakteristik utama dari gangguan tersebut, yang tentunya istilah skizofrenia ini digunakan hingga saat ini. Itulah sumbangsih Bleuler mengenai skizofrenia dan tentunya yang menciptakan istilah ini. 


Selanjutnya sejarah munculnya konsep ini tidak hanya sampai disitu saja, namun diperluas di wilayah Amerika Serikat. Bleuler selama parauh abad ke-20 memberikan pengaruh besar terhadap konsep skizofrenia di Amerika Serikat yang akhirnya diagnosis tersebut semakin meluas. Contohnya di New York State Psychiatric Institute yang sekitar 20 persen pasiennya di diagnosis sebagai skizofrenia pada tahun 1930 an, dimana pada tahun 1940 angka tersebut meningkat dan pada tahun 1952 memuncak mencapai angka 80 persen. Namun berbeda dengan yang terjadi di Eropa yang angkanya tetap/konstan lebih sempit dibandingkan di Amerika Serikat contohnya di London di Rumah Sakit Maudsley yang mencapai 20 persen selama kurun waktu 40 tahun ( Kuriansky, Deming & Gurland, 1974).


Bagaimana Simptom Klinis Skizofrenia?

Simtom-simtom/gejala-gejala gangguan skizofrenia ini tidak seperti gangguan lainnya yang homogen, gangguan ini lebih heterogen yang artinya para pasien skizofrenia dapat berbeda antara satu dan yang lainnya dibandingkan gangguan lain yang cenderung homogen, sehingga tidak ada simtom penting yang harus ada untuk menentukan diagnosis skizofrenia, namun tetap saja secara umum terdapat tiga kategori simtom utama untuk gangguan skizofrenia yaitu simtom positif, simtom negatif dan simtom disorganisasi, dan ada simtom lainnya yang tidak termasuk ke dalam ketiga kategori di atas.

1. Simtom Positif 

Simtom positif ini mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi seperti delusi ( waham) dan halusinasi yang menjadi ciri episode akut skizofrenia. Lalu, apa yang dimaksud dengan delusi dan halusinasi tersebut?
  • Delusi ( Waham) adalah suatu keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan yang merupakan simptom positif yang umumnya terjadi pada pasien skizofrenia, selain dari itu waham juga mempunyai bentuk lain yang beberapa diantaranya dipaparkan oleh Kurt Schneider ( 1959) yang merupakan psikiater berkebangsaan Jerman yang dikutip oleh Mellor ( 1970). Gambaran tersebut diantaranya adalah : Pasien yakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dalam dirinya dimasukan ke dalam pikirannya oleh sumber eksternal, pasien yakin bahwa pikirannya disiarkan dan ditransmisikan sehingga orang lain tahu apa yang mereka pikirkan, pasien berpikir bahwa pikirannya telah dicuri secara tiba-tiba oleh suatu kekutan eksternal, beberapa pasien yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh kekuatan eksternal
  • Halusinasi adalah suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan dan yang paling sering terjadi adalah halusinasi auditori, bukan visual sehingga 74 persen dari suatu sampel mengalami halusinasi auditori ( Sartorius dkk, 1974). Halusinasi dianggap pernting karena sering terjadi pada pasien skizofrenia dibandingkan pada gangguan psikotik lainnya. Tipe-tipe halusinasi yang dikutip dari Mellor ( 1970) diantaranya adalah : Beberapa pasien menyatakan bahwa mereka mendengarkan pikiran meereka diucapkan oleh suara lain, beberapa pasien mengklaim bahwa mereka mendengar suara-suara yang saling berdebat, beberapa pasien mendengar suara-suara yang mengomentari perilaku mereka

2. Simtom Negatif

Simtom-simtom negatif ini mencakup berbagai defisit behavioral seperti avolition, alogia, anhedonia, afek datar dan asosialitas, dimana simtom ini cenderaung bertahan melampaui episode akut dan memiliki efek yang parah terhadap kehidupan pasien. Selanjutnya di bawah ini akan dijelaskan maksud dari istilah simtom-simom di atas. 
  • Avolition atau apati adalah kondisi kurangnya energi dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan aktifitas rutin. Pasien tidak tertarik untuk sekedar berdandan dan membersihkan diri, rambut tidak disisir, kuku kotor, gigi tidak disikat dan pakaian yang berantakan. Pasien mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehar-hari dalam pekerjaan, sekolah dan bahkan rumah tangga sehingga mereka dapat menghabiskan waktu dengan duduk-duduk saja tanpa melakukan apapun.
  • Alogia merupakan gangguan pikiran negatif yang dapat terwujud dalam beberapa bentuk, salah satu contohnya dalam hal percakapan, percakapan mereka cenderung rendah sehingga jumlah total percakapan sangat jauh berkurang. Meskipun jumlah percakapan memadai namun percakapan tersebut tidak mengandung informasi yang mumpuni dan cenderung membingungkan serta diulang-ulang. 
  • Anhedonia merupakan ketidakmampuan merasakan kesenangan yang tercermin dari kurangnya minat dalam berbagai aktifitas rekreasi, gagal mengembangan hubungan dekat dengan orang lain serta kurangnya minat dalam hubungan seks. Pasien ini menganggap apa yang biasanya dianggap aktivitas menyenangkan oleh orang lain, menurut mereka tidaklah demikian.
  • Afek Datar maksudnya adalah hampir tidak ada stimulus untuk pasien memunculkan respon emosional, pasien menatap dengan pandangan yang kosong, otot-otot wajah kendur dan mata meraka tidak hidup. Ketika diajak bicara, pasien menjawab dengan datar dan tanpa nada. Afek datar ini terjadi pada 66 persen dari suatu sampel besar pasien skizofrenia ( Sartorius dkk, 1974). Namun perlu dipahami bahwa afek datar ini merujuk pada ekspresi emosi yang tampak bukan pada pengalaman dalam diri pasien, yang bisa saja tidak mengalami masalah.
  • Asosialitas dapat diartikan sebagai ketidakmampuan parah dalam menjalin hubungan soaial dimana mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan sosial rendah dan sangat kurang berminat untuk berkumpul dengan orang lain.
Sumber Gambar : pexels.com

3. Simtom Disorganisasi

Simtom-simtom disorganisasi mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku yang aneh ( Bizzare), selanjutnya dibawah ini akan dijelaskan bagaimana gejala tersebut.
  • Disorganisasi Pembicaraan  yang juga dikenal dengan gangguan berpikir formal yang merujuk pada masalah dalam mengorganisasikan berbagai pemikiran dan dalam berbicara sehingga pendengar dapat memahaminya. Pasien kadang terjadi inkoherensi dalam percakapannya sehingga meskipun pasien berulang kali merujuk pada pemikiran atau tema sentral, namun tetap saja berbagai citra dan potongan pikiran tidak saling berhubungan satu sama lain sehingga sulit untuk memahami dengan pasti apa yang ingin disampai oleh pasien. Pasien juga sering terganggu dengan melakukan asosiasi longgar atau keluar jalur sehingga tetap mengalami kesulitan untuk tetap berada dalam satu topik, hal tersebut disebabkan karena terbawa oleh aliran asosiasi yang muncul dalam pikiran yang berasal dari pemikiran sebelumnya. 
  • Perilaku Aneh ( Bizzare) terwujud dalam beberapa bentuk, misalnya adalah pasien dapat meledak dalam kemarahan yang tidak dapat dimengerti, memakai pakaian yang tidak biasa, bertingkah laku seperti anak-anak, menyimpan makanan, mengumpulkan sampah dan melakukan perilaku seksual yang tidak pantas seperti masturbasi di tempat umum. Pasien kesulitan untuk mengatur perilaku mereka dan menyesuaikannya dengan standar masyarakat serta kesulitan mngerjakan tugas untuk kehidupan sehari-hari.
4. Simtom Lain

Terdapat simtom lain yang tidak tepat jika dimasukan ke dalam tiga kategori di atas, yaitu simtom katatonia dan afek yang tidak sesuai. Bagaimana penjelasannya? 
  • Katatonia memiliki ciri utama berupa abnormalitas motorik, misalnya pasien melakukan gerakan berulang kali, melakukan urutan aneh atau kadang kompleks antara gerakan jari, tangan dan lengannya yang seringkali terlihat memiliki tujuan tertentu. Selain itu, pasien menunjukan berbagai postur yang tidak biasa dan tetap dalam posisi demikian dalam waktu yang sangat lama. Pasien dapat berdiri dengan satu kaki dan kaki lainnya ditekuk ke arah pantat dan tetap dalam posisi tersebut hampir sepanjang hari. Bahkan pasien katatonik juga dapat memiliki fleksibilitas lilin dimana orang lain dapat menggerakan badan pasien dalam posisi aneh yang akan dipertahankan olehnya dalam waktu yang sangat lama.
  • Afek yang tidak sesuai maksudnya adalah respon yang diberikan pasien diluat konteks yang seharusnya, misalnya pasien dapat tertawa ketika mendengar kabar bahwa ibunya meninggal dan marak ketika ditanya hal yang sederhana, pasien dapat dengan cepat berubah dari satu kondisi emosional ke kondisi emosinal lainnya tanpa alasan yang jelas. Simtom ini jarang terjadi, namun jika terjadi tentunya memiliki kepentingan diagnostik yang besar karena simtomnya relatif spesifik untuk pasien.
Sumber Gambar : id.ilveok.com

Apa saja Etiologi Skizofrenia?


Etiologi atau penyebab munculnya gangguan psikotik skizofrenia tentunya perlu diketahui, setelah membahas mengenai apa itu skizofrenis, bagaimana sejarah munculnya konsep tersebut dan simtom-simtom apa saja yang muncul, rasanya timbul rasa penasaran mengenai apa sebetulnya yang menjadi penyebab munculnya gangguan tersebut, sangat disayangkan jika etiologi tidak dikupas tuntas dalam pembahasan setiap gangguan psikologi. Lalu, apa saja etiologi gangguan skizofrenia ini?

1. Faktor Genetik

Sejumlah literatur yang meyakinkan mengindikasikan bahwa suatu predisposisi bagi skizofrenia diturunkan sevara genetik. Penelitian tersebut melibatkan keluarga, saudara kembar dan adopsi seperti halnya dalam penelitian perilaku genetik lainnya yang mengarahkan peneliti menyimpulkan bahwa suatu predisposisi terhadap skizofrenia diturunkan secara genetik. Selanjutnya akan lebih dijelaskan maksud dari pengaruh faktor genetik  di bawah ini :
  • Studi Keluarga menjadi salah satu predisposisi munculnya gangguan skizofrenia, hal ini sesuai dengan hasil penelitian di atas yang menyatakan bahwa data yang diperoleh mendukung teori bahwa suatu predisposisi terhadap skizofrenia dapat diturunkan secara genetik. Perilaku orang tua yang menderita skizofrenia dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, sehingga pengaruh lingkungan pun tidak dapat diabaikan begitu saja.
  • Studi Orang Kembar memiliki pengaruh pula seperti halnya studi keluarga, dalam tabel di atas jelas terlihat masalah kritikal dalam menginterpretasi hasil-hasil studi terhadap orang kembar. Realitanya, kesamaan lingkungan yang menyimpang dapat berperan pula dalam porsi tingkat kesesuaian tersebut, bukan hanya faktor genetik. Kesamaan disini bukan hanya pola asuh saja, namun juga lingkungan di dalam rahim yang memiliki kesamaan, misalnya untuk kembar identik lebih mendapatkan pengaruh karena mendapatkan pasokan darah yang sama dibandingkan kembar tidak identik. 
  • Studi Adopsi dilakukan terhadap anak-anak dari ibu yang menderita skizofrenia namun sejak bayi dibesarkan oleh orang tua adopsi nonskizofrenik yang telah memberikan informasi yang lebih meyakinkan mengenai peran gen dalam skizofrenia dengan menghilangkan pengaruh lingkungan yang menyimpang. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah sebanyak 66 persen anak yang memiliki ibu skizofrenik menerima suatu diagnosis DSM. 
  • Evaluasi Data Genetik tentunya sangat diperlukan untuk mengembangkan suatu ilmu, data genetik yang diperoleh mengindikasikan bahwa faktor-faktor genetik berperan penting dalam terjadinya skizofrenia. Setelah studi dilakukan baik itu terhadap keluarga, orang kembar ataupun anak adopsi ternyata hampir menghilangkan potensi lingkungan yang membingungkan. Namun terlepas dari semua permasalahan yang ada, data yang ada pun merupakan sekumpulan bukti yang mengesankan dan tentunya menjelaskan adanya korelasi positif yang kuat antara hubungan kekerabatan dan prevalensi skizofrenia.

2. Faktor Biokimia


Adanya faktor genetik yang menjadi etiologi gangguan skizofrenia menunjukkan bahwa faktor biokimia pun perlu diteliti mengingat melalui kimia tubuh dan proses-proses biologislah faktor keturunan dapat berpengaruh. Dalam hal ini faktor yang paling baik untuk dikaji ulang adalah aktifitas dopamin dalam tubuh.


Aktivitas Dopamin pada penderita skizofrenia tentunya memiliki keterkaitan, mengingat adanya aktivitas neurotransmitter yang berlebihan yaitu neurotransmitter dopamin, hal ini didasarkan pada pengetahuan bahwa obat-obatan yang digunakan untuk menengani penderita skizofrenia tujuannya untuk menurunkan aktivitas dopamin. 


Namun ternyata setelah dilakukan evaluasi data biokimia, seiring banyaknya penelitian terkait hal ini terdapat kesimpulan bahwa meskipun dopamin tetap merupakan variabel biokimia yang paling aktif diteliti, hal tersebut tidak mungkin dapat menjelaskan lengkap mengenai biokimia skizofrenia karena skizofrenia merupakan gangguan dengan simtom-simtom yang luas yang mencakup persepsi, kognisi, aktivitas motorik dan perilaku sosial. Para peneliti akhirnya mulai menabar jaring biokimia yang lebih lebar sehingga glutamat dan serotonin dapat berada di jalur terdepan yang tentunya tetap dikombinasikan dengan aktivitas dopamin selama penelitian dilakukan. 




3. Adakah kaitan Otak dan Skizofrenia?

Sejak gangguan skizofrenia terindikasi, penelitian mulai dilakukan untuk melihat adakah abnormalias pada otak orang yang normal dan penderita skizofrenia, seiring dengan kemajuan teknologi penelitian ini memiliki beberapa bukti yang menjanjikan. Beberapa pasien menunjukan adanya patologi pada otak yang tentunya dapat di observasi lebih lanjut.


Analisis dilakukan pascakematian penderita skizofrenia, dimana terdapat temuan yang paling konsisten yaitu adanya pelebaran rongga otak yang berimplikasi pada hilangnya beberapa sel otak. Temuan lain yang cukup konsisten pula adalah adanya abnormalitas struktur pada daerah subkortikal temporal limbik seperti hipokampus dan basal ganglia serta pada korteks prefrontalis dan temporal ( Dwork, 1997 ; Heckers, 1997). 


Mengingat banyaknya permasalahan  otak pada penderita, maka penelitian lebih lanjut terus dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan otak dengan skizofrenia. Setelah diketahui bahwa simtom-simtom skizofrenia mengimplikasi banyak daerah otak, penelitian yang dilakukan pun menjadi lebih spesifik yaitu berupaya menemukan cedera dan meneliti pula sistem-sistem neural serta bagaimana cara daerah berbagai daerah otak yang berbeda  saling berinteraksi. Penelitian yang dilakukan mulai mengarah pada kemungkinan peran dari berbagai macam struktur otak dalam skizofrenia ( Byne dkk., 2002; Gilbert dkk., 2001).



Sumber Gambar : etd.respositoy.ugm.ac.id

4. Stress Psikologis dan Skizofrenia

Sebelumnya sudah dibahas tentang adanya pengaruh bilogis terhadap skizofrenia, sekarang kita beralih ke faktor psikologis, adakah pengaruhnya? 


Stress psikologis berperan penting dengan cara berinteraksi dengan keerentanan biologis yang memunculkan gangguan ini. Data menunjukkan bahwa sama halnya dengan gangguan lainnya, stress psikologis meningkatkan terjadnya kekambuhan ( Hirsch dkk., 1996; Ventura dkk., 1989).


Lalu apa saja yang berkaitan dengan stress psikologis? terdapat dua stressor yang merupakan bagian yang paling penting yaitu kelas sosial dan keluarga.

  • Kelas Sosial pada penderita skizofrenia tidak menunjukan tingkat kejadian  yang semakin tinggi seiring kelas soaial terendah, namun terdapat jumlah perbedaan yang signifikan antara jumlah orang yang menderita skizofrenia dalam kelas sosial rendah dan kelas sosial yang lainnya. Studi klasik yang dilakukan oleh Hollingshead dan Redlich selama sepuluh tahun mengenai kelas sosial dan penyakit mental di New Haven, menunjukan tingkat kejadia skizofrenia di kelas sosial terendah ditemua dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelas sosial di atasnya. Hasil penelitian tersebut telah dikonfirmasi secara lintas budaya melalui studi sejenis di berbagai negara seperti Denmark, Norwegia dan Inggris ( Kohn, 1968). 
  • Keluarga merupakan salah satu hal penting yang menjadi etiologi skizofrenia, berbagai studi terhadap keluarga individu penderita skizofrenia mengungkapkan bahwa dalam beberapa hal mereka berbeda dengan keluarga yang normal, dimana keluarga penderita skizofrenia menunjukkan pola komunikasi yang membingungkan dan mendapati tingkat konflik yang tinggi, oleh karena itu adanya kemungkinan bila konflik dan komunikasi yang membingungkan tersebut merupakan akibat dari adanya anggota keluarga yang berusia muda yang menderita skizofrenia.

Bagaimana Terapi Skizofrenia?



Menangani pasien yang memiliki gangguan psikotik skizofrenia tentunya bukanlah hal yang mudah mengingat beragamnya simtom yang ada yang tentunya terapinya tidak bisa disamaratakan sehingga butuh kompetensi terapis untuk mengefektifkan proses terapi. 

Selain dari itu, yang menjadi masalah dalam penanganan pasien skizofrenia adalah banyak pasien yang kurang memiliki insight atas gangguannya sehingga melokak semua proses terapi yang diberikan ( Amador dkk., 1994).

Sebelum masuk kepada bagaimana proses terapi, penting untuk diketahui bahwa ketepatan suatu terapi tergantung pada tahap penyakit pasien, jika pasien masuk kedalam pasien akut maka pelatihan keterampilan sosial ataupun intervensi lain tidak mungkin akan berhasil mengingat kondisi pasien yang benar-benar terganggu dimana pasien tidak mampu untuk berkonsentrasi dengan apa yang dikatakan oleh terapis sehingga pasien memerlukan pengobatan psikoaktif terlebih dahulu, setelah pasien mulai membaik maka intervensi psikologis dapat dilakukan secara bertahap dan dosis obat pun dapat dikurangi seiring pasien mulai mengurangi stress yang memicu munculnya simptom ( Kopelwiczm Liberman & Zarate, 2002).

Berikut akan dipaparkan bentuk terapi untuk pasien skizofrenia, terdiri dari dua penanganan yaitu biologis dan psikologis. 

Penanganan Biologis
  • Terapi Kejut dan Psychosurgery, sejarah munculnya terapi ini bermula pada awal tahun 1930 an dimana praktik dengan memberikan insulin dalam dosis yang tinggi sehingga menimbulkan koma, dan terdapat temuan lainnya yang kurang lebih sama yang pada akhirnya dianggap tidak efektif karena bisa menimbulkan pasien koma bahkan kematian. kemudian pada tahun 1935, seorang psikiater berkebangsaan portugis bernama Moniz memperkenalkan lobotomi prefrontalis yang kemudian disebut psychosurgery yang ternyata tidak hanya pasien skizofrenia saja yang ditangani dengan metode ini, prosedur yang dilakukan dengan cara melakukan pembedahan yang membuang bagian-bagian yang menghubungkan lobus frontalis dengan pusat otak bagian bawah dengan tujuan mengurangi perilaku agresif, namun metode ini pun pada beberapa tahun kemudiannya mendapat reputasi yang buruk pula karena beberapa alasan dan akhirnya ditinggalkan.
  • Terapi Obat, terapi obat dipercaya mampu mengurangi berbagai ekses nehavioral dan emosional pada banyak pasien sehingga pada tahun 1950 an terdapat obat-obat antipsikotik atau neuroleptik yang menimbulkan efek samping yang sama dengan penyakit neurologis. Terapi obat ada obat-obatan antipsikotik tradisional dan terapi obat terbaru, yang intinya adalah bahwa obat-obatan antipsikotik merupakan bagian yang tidak dapat dihapuskan mengingat keberhasilan klozapin, olanzapin dan risperidon yang mendorong upaya berkesinambungan untuk menangani pasien skizofrenia, dan obat-obatan lainnya yang terus dikembangkan. 
Sumber Gambar : genmuda.com

Penanganan Psikologis
  • Terapi Psikodinamika, bapak psikoanalisa freud  tidak banyak memberikan sumbangan terkait pasien skizofrenia baik dalam bentuk praktis ataupun artikelnya, ia berpendapat bahwa pasien ini tidak mampu mengembangkan hubungan interpersonal terbuka yang penting untuk analisis. Namun Harry Stack Sullivan mempelopori penggunaan psikoterapi untuk pasien skizofrenia  dengan membangun sebuah bangsal di Rumah Sakit Sheppard dan Enoch Pratt di Towson, Maryland pada tahun 1923 dan melakukan penangan psikologis yang dianggap berhasil. Sullivan merekomendasikan jika melakukan terapi duduk agak disampin terlebih dahulu un tuk menghindari kontak mata mengingat hal tersbut terlalu menakutkan untuk awal-awal, namun jika pasien sudah percaya bisa bertahap untuk mendorong pasien mengkaji hubungan interpersonalnya. Selanjutnya da Gromm Reichmann seorang psikiater berkabangsaan jerman yang membantu mengembangkan berbagai jenis psikoanalisis sebagai penanganan utama skozofrenia. Namun pada akhirnya metode ini hanya bisa digunakan untuk pasien ringan, untuk pasien aktif sangatlah tidak efektif mengingat simtom yang dikeluarkannya begitu menakutkan dan berbahaya. 
  • Pelatihan Keterampilan Sosial, tujuan pelatihan ini adalah untuk melatih kemampuan bersosialisasi pasien dalam kehidupan sehari-harinya. Kombinasi bermain peran, modelling dan penguatan positif menghasilkan perbaikan yang signifikan pada pasien, bahkan terjadi generalisasi yang tidak dilatih sebelumnya, studi ini mengindikasikan bahwa pasien dengan gangguan yang parah dapat diajari perilaku sosial baru yang membantu mereka nerperilaku lebih baik, timgkat kekambuhan berkurang dan kualitas hidup yang lebih tinggi ( Kopelowicz dkk., 2002).
  • Terapi Keluarga dan Mengurangi Emosi, terapi ini dilakukan kepada keluarga pasien dengan tujuan dapat saling membantu dan memahami kondisi pasien untuk meminimalisir kekambuhan terjadi, edukasi yang disampaikan terapis kepada keluarga meliputi : edukasi tentang skizofrenia yaitu kerentanan biologis dan berbagai masalah kognitif yang melekat pada pasien, informasi tentang pemantauan bebagai efek pengobatan antipsikotik, menghindari saling menyalahkan, memperbaiki cara komunikasi dan keterampilan penyelesaian masalah dalam keluarga, mendorong pasien dan keluarga untuk memperluas kontak sosialnya dan menanamkan harapan bahwa pasien akan lebih baik dan bisa untuk tidak kembali dirawat.
  • Terapi Kognitif-Behavioral, Sebelumnya diasumsikan bahwa pasien skizofrenia tidak akan efektif jika mencoba mengubah dengan berbagai distorsi kognitif seperti halnya delusi, namun pada realitasnya suatu literatur klinis dan eksperimental saat i ni menunjukan bahwa berbagai keyakinan maladaptif pada beberapa pasien dapat diubah dengan berbagai intervensi kognitif behavioral ( Garety, Fowler & Kuipers, 2000). 
  • Terapi Personal ( Personal Therapy), terapi ini menurut Hogarty dkk adalah suatu pendekatan kognitif behavioral berspektrum luas terhadap masalah yang dialami para pasien diluar rumah sakit. Penurunan jumlah reaksi emosi anggota keluarga dapat menurunkan tingkat kekambuhan pasien. selain itu, para psien diajarkan mempelajari kekambuhan walaupun itu kecil, pasien juga sering diajari relaksasi otot sebagai alat bantu untuk mengatasi kecemasan. Fokus terapi ini terletak pada psien sebagai individu bukan terhadap keluarga yang tujuannya mengajarkan coping internal pada pasien.
  • Terapi Reatribusi ( Reatribution Therapy), Terapi ini dilakukan melalui  diskusi kolaboratif dan beberapa pasien dibantu untuk memberikan makna nonpsikotik terhadap berbagai simtom paranoid sehingga mengurangi intensitas dan karakteristiknya yang berbahaya, sama dengan yang dilakukan oleh Beck untuk depresi dan Barlow terhadap gangguan panik ( Beck & Rector, 2000; Drury dkk., 1996; Haddock dkk., 1998). 
  • Mengamati Fungsi-Fungsi Kognitif Dasar, dalam hal ini yang diamati adalah fungsi-fungsi yang harapannya dapat diperbaiki sehingga dapat mempengaruhi perilaku secara positif, pendekatana ini berkonsentrasi pada upaya menormalkan fungsi-fungsi kognitif yang fundamental seperti perhatian dan memori yang diketahui melemah pada pasien skizofrenia ( a.l., Green, 1993) dan berhubungan dengan adaptasi sosial yang buruk ( Green, 1996; Green, Kern, Braff & Mintz, 2000). 
Sumber Gambar : alodokter.com

Demikian pembahasan singkat mengenai gangguan psikotik skizofrenia, mudah-mudahan dapat dijadikan referensi dan bermanfaat untuk semuanya, mohon maaf atas segala kekurangannya.


Salam Bahagia..
Mozaik Psikologi..

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Davison, D.C., Neale, J.M., Kring, A.M. ( 2012). Psikologi Abnormal. Jakarta : Rajawali Press. 


Jika dirasa bermanfaat, silahkan di klik tombol share dibawah ini !!!