Sumber Gambar : pexels.com |
Dewasa ini istilah parenting sudah tak asing lagi di telinga termasuk di sekitar kita banyak sekali para ibu-ibu berbondong-bondong mengikuti seminar parenting ataupun pelatihan yang berkaitan dengan parenting. Salah satu tujuan semangat mengikuti seminar atau pelatihan parenting tentunya bukan ingin menjadi orang tua yang sempurna, namun setidaknya berusaha untuk menjadi orang tua yang lebih baik dan lebih baik lagi dari hari ke harinya karena memang seorang ibu adalah manusia biasa yang tentunya memiliki emosi yang cenderung naik turun, seperti halnya keimanan yang terkadang naik dan terkadang pula turun.
Namun ternyata pada realitanya, kebanyakan seminar ataupun pelatihan parenting hanya mengacu pada orang tua yang memiliki anak dalam fase kanak-kanak saja, maksimal sampai remaja lah, sangat jarang sekali orang tua yang anaknya sudah dewasa mengikuti parenting yang salah satu alasannya karena stigma itu sendiri. Peserta seminar atau pelatihan di dominasi oleh emak-emak yang memiliki balita sampai kanak-kanak, yang remaja pun sangat minim adanya.
Padahal jika mengacu pada pengertiannya saja seperti dalam artikel sebelumnya, parenting itu sendiri segmentasi nya bukan pada fase kanak-kanak saja, bahkan dari masa prenatal ( sebelum lahir/dalam kandungan) sampai dewasa.
Lalu mengapa muncul stigma bahwa parenting hanya diasosiasikan pada kanak-kanak saja? ya memang sangat betul adanya bahwa pada fase ini adalah periode emas yang merupakan fase kritis untuk anak mengembangkan setiap aspek perkembangannya yang efeknya terasa sampai dewasa sehingga fase ini harus mampu di optimalkan sedemikian rupa untuk menjadikan anak pribadi yang berkembang sesuai masanya dan tentunya untuk meminimalisir permasalahan anak dikemudian hari.
Namun yang menjadi permasalahannya, oleh karena alasan di atas menjadikan para orang tua hanya fokus di masa itu saja sehingga dimulai dari masa remaja hingga dewasa orang tua cenderung lepas tangan seakan-akan tidak ada tugas/ kewajiban yang harus dilakukan pada masa remaja dan dewasa.
Padahal belum tentu orang tua sudah mengoptimalkan potensi anak pada masa kanak-kanak saja, akan sangat banyak sekali barrier atau halangan yang harus anak hadapi pada masa remaja dan dewasa yang semuanya tentunya memiliki ilmunya masing-masing pada setiap fasenya termasuk remaja dan dewasa.
Teori-teori psikologi perkembangan pun tidak hanya membahas fase kanak-kanak saja bukan? namun kebanyakan dibahas pada semua rentang kehidupan dimulai dari bayi sampai lanjut usia, bahkan ada yang dari mulai prenatal hingga kematian yang tentunya semua fase memiliki tugas perkembangan masing-masing.
Lalu apa jadinya jika emak-emak yang berbondong-bondong mengikuti seminar dan pelatihan hanya yang memiliki balita saja misalnya, sedangkan meskipun anak sudah dewasa tetaplah ia adalah anak kita.
Yaa meskipun benar adanya kalau dalam islam sendiri orang tua berkewajiban menanggung beban dosa hanya sampai aqil baligh saja dan seterusnya anak bertanggung jawab dengan pilihannya sendiri, namun apakah karena hal itu tepatkah jika orang tua lepas tangan begitu saja? tanpa melakukan evaluasi tentang bagaimana cara ia mendidik anaknya ketika masa prenatal sampai remaja?
Lalu apabila terjadi hal yang tidak diinginkan pada masa dewasa, akankah itu menjadi tanggungjawab anak saja tanpa orang tua pun bertanggungjawab kenapa anak ? penulis rasa orangtua pun ikut andil bertanggungjawab apalagi jika kesalahan anak berhubungan dengan bagaimana cara orangtua mendidik semasa anak masih kecil.
Penulis seringkali mendengar pernyataan orang tua yang anaknya bermasalah pada usia remaja yang dengan santainya berkata " biarkan saja, anak saya sudah bukan anak kecil lagi, ia sudah remaja bahkan dewasa" misalnya bahkan ada yang pernyataannya lebih ekstrim, orang tua berkata pada anaknya yang remaja " ah terserah kamu mau berperilaku seperti apapun, toh kamu sudah terlanjur jadi produk gagal" bayangkan bagaimana perasaan anak tersebut dan bayangkan pula perilaku nya akan menjadi seperti apa kedepannya.
Pertanyaannya meskipun anak sudah bukan anak-anak lagi, lalu apakah jika anak kita jatuh ke jurang orang tua harus diam saja? tentunya tidak ya.
Intinya adalah bahwa sebagai orang tua harus tetap semangat menjadi orang tua seutuhnya sampai anak dewasa, bukan hanya pada fase anak-anak saja orangtua menggebu-gebu melakukan ini dan itu sedangkan sudah masuk fase remaja tinggal menonton saja, semua fase memiliki tugas perkembangan masing-masing sehingga pendekatan yang dilakukan oleh orang tua pun akan berbeda pada setiap fase nya, ketika anak sudah remaja tidak bisa pendekatannya seperti kepada anak-anak, ketika anak sudah dewasa pun tidak bisa pendekatannya seperti kepada remaja.
Begitulah seharusnya orangtua, jadi mulai dihilangkan yah stigma bahwa parenting itu hanya untuk anak-anak saja, tidak kok karena semua fase kehidupan memiliki cara tersendiri dalam pendekatannya yang bahkan Rasulullah SAW pun mencontohkan pada setiap fase tersebut dan semua itu tetap menjadi tanggungjawab orangtua.
Itu saja yaa sedikit pemikiran yang tentunya masih banyak kekurangannya, jika ada saran silahkan boleh komen di bawah yaa. Mudah-mudahan bermanfaat.
Salam Bahagia.
Mozaik Psikologi.
Jika dirasa artikel ini bermanfaat, boleh di share ya pada tombol di bawah ini !!!!
0 komentar:
Posting Komentar