Selasa, 26 Maret 2019

Tantangan Mendidik Anak Laki-Laki & Perempuan


Berawal dari sebuah peribahasa yang diungkapkan oleh forum feminitas bunda yang menyatakan bahwa " mendidik tidak bisa mendadak", hal tersebut tentunya menjadi sebuah pengingat untuk orangtua bahwa jika menginginkan anak yang berperilaku baik dan cerdas tidak bisa mendadak tanpa dipupuk sejak dini. Apa yang ditanam itulah yang dituai, jika sejak dini yang ditanam adalah kebaikan maka sampai dewasapun anak akan berperilaku baik begitupun sebaliknya. Jadi alangkah disayangkan jika orangtua sampai berpikiran bahwa "biarlah namanya juga masih kecil, kalau sudah besar tidak akan demikian" pernyataan orangtua yang seperti itu adalah salah besar, karena anak pun harus diberikan pupuk yang baik untuk menghasilkan sesuatu yang baik pula.

Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah apakah ada perbedaan antara mendidik anak laki-laki dan mendidik anak perempuan?

Sebelumnya harus diketahui bersama bahwa yang disebut sebagai anak bukan hanya pada fase kanak-kanak saja, namun memasuki usia remaja dan dewasa pun ia adalah anak kita yang harus tetap dididik sesuai dengan usianya masing-masing. Misalnya, orangtua tidak bisa mendidik anak yang usianya sudah remaja seperti ke kanak-kanak, begitupun sebaliknya anaknya yang masih fase kanak-kanak janganlah dididik seperti untuk usia remaja, begitupun untuk masa dewasa.

Selanjutnya akan sedikit dipaparkan bagaimana mendidik anak laki-laki dan perempuan dimulai dari fase kanak-kanak hingga dewasa.

Mendidik anak laki- laki fase kanak-kanak
Kenapa tidak dijelaskan mulai dari masa prenatal? karena pada masa awal-awal seperti itu tidak ada perbedaan yang mendasar dalam mendidik anak laki-laki dan perempuan, jadi dimulai pada masa kanak-kanak saja ya.

Pada fase kanak-kanak yang ditanamkan pada anak laki-laki adalah sebetulnya tidak jauh berbeda dibandingkan perempuan, namun tetap jika kelaki-lakiannya harus ditanamkan sejak dini, belajar mandiri dan tangguh. Ingat laki-laki yang kuat bukanlah laki-laki yang tidak pernah menangis, laki-laki boleh menangis jangan dilarang, jika sedari kecil ditanamkan laki-laki tidak boleh menangis maka ia akan melampiaskan ke hal lainnya yang tentunya bisa lebih parah dari menangis, misalnya anak laki-laki tidak diperbolehkan menangis tapi justru menjadi anak yang pemarah. Wajar saja anak menjad pemarah karena dengan cara marah ia berekspresinya. Laki-laki harus kuat tapi bukan berarti tak boleh manangis.

Untuk usia kanak-kanak biarkan anak laki-laki dekat dengan ayahnya, sesuai gendernya dengan tujuan anak lebih bisa meniru sifat kelaki-lakian dari ayahnya, kalau anak laki-laki hanya dekat dengan ibunya bahaya sekali untuk orientasi gendernya.



Mendidik anak laki-laki fase remaja
Pada fase remaja anak laki-laki sudah mulai mencari jati dirinya, sudah mulai terbuka minat bakatnya, sudah mulai memiliki keinginan sendiri. Tugas orangtua adalah menjadi sahabat anak dan tetap mendorong serta mengontrolnya, jadi lebih demokratis ya membebaskan tapi tetap dalam koridornya. Apalagi dengan lingkungan yang sudah mulai tidak kondusif di jaman ini, anak laki-laki haruslah ditanamkan rasa tanggungjawab terhadap dirinya sendiri.

Usia remaja anak laki-laki disarankan lebih dekat dengan lawan gendernya, yaitu ibunya. Maksudnya adalah karena fitrah di usia remaja sudah mulai menyukai lawan jenis, maka harus diarahkan bahwa jika alasannya ingin mengenal perempuan lebih jauh maka ibunya lah tempatnya, tidak peru mencari keluar jika belum siap menghalalkan. Ibu bisa menjelaskan bagaimana perempuan seutuhnya, agar saat dewasa anak sudah lebih paham bagaimana perempuan tanpa harus mencoba terlebih dahulu dengan yang belum halal.


Mendidik anak laki-laki fase dewasa

Sekarang masuk ke fase dewasa untuk anak laki-laki, pada fase ini anak dianggap sudah mampu mengambil keputusan sendiri asalkan pada fase sebelumnya anak memang dibiasakan untuk mandiri dan berekspresi. Tugas orangtua adalah mendukung, menjad sahabat namun tetap memberikan saran-saran yang berarti tanpa menjudge karena sejatinya pada usia dewasa anak sudah tidak suka terlalu diatur, maka orangtua harus mampu menyeimbangkan segala sesuatunya.

Mempersiapkan anak laki-laki untuk menikah jika dirasa sudah siap dan matang. Orangtua tetap menyokong dan tidak terlalu mencampuri semua urusan yang bukan porsi orangtua. Inilah tantangan mendidik anak laki-laki, anak laki-laki dari awal harus disiapkan bagaimana menjadi pemimpin yang baik minimal untuk diri sendiri dan kedepannya untuk memimpin anak dan istri.


Namun sudah menjadi budaya bahwa hanya perempuanlah yang banyak dididik untuk berumah tangga, anak perempuan disiapkan untuk menjadi istri yang baik, namun orangtua seringkali lupa bahwa anak laki-lakinya pun harus disiapkan menjadi pemimpin yang baik. Seimbanglah yang dikedepankan, tidak hanya fokus ke anak perempuan saja atau[un fokus ke anak laki-laki saja.

Mendidik anak perempuan fase kanak-kanak

Mendidik anak perempuan pada fase ini sebetulnya tidak ada perbedaan yang berarti, orangtua menanamkan sifat keperempuanan seperti lemah lembut, tenang, bersuara pelan, menjaga diri dan tentunya mandiri pun bisa dibiasakan saat usia kanak-kanak. Ketika ibu memasak ajaklah anaknya, inipun berlaku untuk anak laki-laki ya. 

Seperti sebelumnya, masa kanak-kanak dekatkan anak sesuai dengan gendernya yaitu ibunya. Anak lebih bisa mengenal diri sendiri di usia ini jika dekat dengan ibunya. Ajaklah anak bermain sesuai dengan identitas gendernya sejak dini.


Mendidik anak perempuan fase remaja
Fase remaja untuk anak perempuan harus lebih diperhatikan, mengingat pada masa ini sifat-sifat keperempuanan sudah mulai melekat misalnya ingin diperhatikan, ingin dimanja dll. Sifat-sifat seperti ini jangan sampai ia mencari keluar rumah, kebutuhan-kebutuhan akan kasih sayang ini haruslah di dapatkan dari keluarga sendiri. Jadilah orangtua yang bersahabat dan tetap mendukung keinginan anaknya namun tetap mengawasi pula, tidak dibiarkan begitu saja. Anak perempuan fase ini pun tetap diajarkan kemandirian.

Saat fase remaja ini, anak perempuan sudah mulai tertarik dengan lawan jenis karena pubertas, maka jangan sampai ketertarikan tersebut menjadi menyimpang karena kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi di keluarga. Anak perempuan harus lah dekat dengan ayahnya saat usia ini, mendapat kasih sayang dan perhatian yang penuh dari ayahnya dengan tujuan anak tidak mencari kasih sayang terhadap lawan jenisnya, inilah kesalahan keluarga yang tidak banyak menyadari anak menjadi berpacaran karena memang kurang mendapatkan perhatian dari keluarga terutama ayahnya.

Mendidik anak perempuan fase dewasa
Fase dewasa pada anak perempuan merupakan fase yang rentan dimana pada fase ini sudah waktunya anak dipersiapkan menikah. Namun yang sering terjadi dewasa ini karena kesalahan dari fase sebelumnya, anak perempuan yang belum siap menikah namun karena sudah dewasa dianggap mampu untuk menikah, padahal menikah itu bukan hanya karena ingin saja namun harus ada kesiapan di dalamnya. Karena kesalahan inilah angka perceraian di indonesia khususnya terus meningkat.

Jadilah orangtua yang bersahabat dan menerima keputusan yang diambil anak namun tetap melihat segala sudut pandang untuk mendukung serta memberikan yang terbaik untuk anak.

Didiklah anak perempuan untuk menjadi ma'mum yang baik saat berumahtangga kelak, menjadi istri yang taat pada suami dan mampu menghidupkan rumahtangganya dengan sentuhan kasih sayangnya. Laki-laki adalah pemimpin untuk anak istrinya dan perempuan adalah pemimpin untuk anaknya.

Demikian sedikit pemaparan terkait dengan hal-hal apa saja yang perlu ditanamkan pada anak laki-laki dan perempuan sesuai dengan fase perkembangannya.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Salam Bahagia.
Mozaik Psikologi.

0 komentar:

Posting Komentar